Banyumas Raya atau eks Karesidenan Banyumas mulai berubah setelah Perang Diponegoro usai pada 1830. Kemenangan Belanda dalam perang itu berbuntut masuknya Banyumas Raya sebagai wilayah yang dikelola Belanda. Dari cerita itulah modernitas mulai menjamah Banyumas Raya. Salah satunya, mulai masuk sepeda dan mobil di Banyumas.
Kemenangan Belanda atas Pangeran Diponegoro memang dibayar mahal. Kemenangan dalam perang lima tahun itu membuat keuangan Belanda morat-marit. Kemudian, setelah menang atas Pangeran Diponegoro, Belanda meminta jatah pada Surakarta. Belanda berdalih bahwa kemenangan atas Pangeran Diponegoro membuat Surakarta ikut terselamatkan dari ancaman Pangeran Diponegoro.
Karena itulah eks Karesidenan Banyumas diserahkan ke Belanda. Mulailah perubahan besar terjadi di Banyumas Raya. Salah satu yang menonjol adalah adanya sistem tanam paksa. Sistem ini telah membuat geliat ekonomi membesar di Banyumas Raya.
Penanaman tanaman produk ekspor telah membuat uang mengalir ke Banyumas Raya. Pembangunan infrastruktur sebagai bagian memuluskan perekonomian pun dilakukan. Nah, di tengah cerita geliat ekonomi dan infrastruktur, moda transportasi pun mulai muncul.
Tahun 1890, untuk pertama kalinya ada sepeda di Banyuma Raya. Bahasa Belanda sepeda adalah fiets. Mungkin karena mencari gampangnya, lidah orang Jawa menyebutnya dengan “pit”. Mungkin kata “pit” itu berasal dari bahasa Belanda.
Orang pertama di Banyumas Raya yang memiliki sepeda adalah seorang insinyur pertanian di Banjarnegara. Sepeda yang dimiliki insiyur pertanian ini kemudian membuat yang lain juga ingin memiliki. Akhirnya, para elite Bumiputera di Banyumas Raya juga memiliki sepeda.
Tahun 1897, muncullah mobil di Banyumas Raya. Siapa pemilik pertamanya? Pemilik pertama mobil di Banyumas Raya adalah seorang administratur pebrik gula Bojong, Freysenet. Setelah itu, pegawai pemerintah dan bos-bos pabrik gula di Banyumas Raya memiliki mobil.
Seperti diketahui, banyak pabrik gula yang bermunculan di masa itu. Selain di Bojong, ada juga di Kalibagor dan Klampok. Tidak dapat dipungkiri bahwa masuknya Belanda ke Banyumas juga menggeliatkan perekonomian, selain tentunya juga menjadi penjajah.
Referensi
Purnawan Basundoro: Sisi Terang Kolonialisme Belanda di Banyumas