
SERAYUNEWS – Film religi selalu menjadi tontonan favorit penonton Indonesia karena sarat nilai moral dan kedekatan emosi. Salah satu yang menyentuh banyak hati adalah Air Mata di Ujung Sajadah, film bertema keluarga, ketulusan, dan perjuangan seorang ibu menemukan anak kandungnya.
Dibintangi oleh Titi Kamal, Citra Kirana, serta Fedi Nuril, film ini menampilkan akting emosional dengan konflik yang kuat.
Disutradarai oleh Key Mangunsong dan diproduksi oleh Indika Entertainment, Air Mata di Ujung Sajadah resmi tayang pada 2023 dan sempat viral berkat jalan ceritanya yang menguras air mata.
Cerita berfokus pada Aqilla (Titi Kamal), seorang wanita yang hidup tenang di luar negeri. Namun hidupnya seketika berubah ketika ia menemukan fakta mengejutkan: anak yang ia kira meninggal saat lahir ternyata masih hidup.
Bertahun-tahun lalu, Aqilla menikah dengan Arif (Fedi Nuril). Karena tekanan keluarga dan kondisi yang sulit, bayi mereka dinyatakan meninggal setelah lahir. Kenyataannya, bayi itu diserahkan kepada orang lain.
Kebenaran terungkap, membuat Aqilla pulang ke Indonesia untuk mencari anaknya.
Di sisi lain ada Arini (Citra Kirana), seorang perempuan lembut yang membesarkan anak tersebut penuh kasih sayang tanpa mengetahui rahasia besar tentang asal-usulnya. Baginya, anak itu adalah anugerah sekaligus bagian dari hidupnya.
Pertemuan Aqilla dan Arini menjadi titik konflik utama. Dua wanita dengan hati tulus harus menghadapi dilema besar yang mana satu ingin memeluk kembali anak kandungnya, sementara yang lain takut kehilangan anak yang sudah dianggap darah dagingnya sendiri.
Konflik emosional di antara keduanya dibalut dengan nilai-nilai keikhlasan dan keteguhan iman.
Seperti judulnya, air mata benar-benar mengalir di ujung sajadah ketika setiap karakter mencari kekuatan lewat doa, pengampunan, dan takdir yang telah digariskan Tuhan.
Perpaduan Titi Kamal dan Citra Kirana menjadi kekuatan utama film ini. Dua karakter ibu ditampilkan dengan emosi yang tulus: kehilangan, ketakutan, cinta, dan keikhlasan.
Titi Kamal berhasil menunjukkan rasa rindu dan luka seorang ibu yang kehilangan anak. Sedangkan Citra Kirana menampilkan sosok ibu penyayang yang rela mempertaruhkan segalanya
Fedi Nuril juga tampil kuat sebagai Arif, sang ayah yang terjebak di tengah dua hati seorang ibu.
Nuansa visual sinematik, warna lembut, serta musik yang pelan menambah kedalaman emosional. Film ini bukan hanya drama keluarga, tetapi pengingat bahwa cinta ibu tidak pernah selesai.
Pesan moral dari Air Mata di Ujung Sajadah sangat jelas yaitu kasih ibu tak pernah berakhir, bahkan ketika harus berbagi cinta dengan orang lain.
Film ini mengajarkan bahwa setiap doa seorang ibu, seberat apa pun ujian hidupnya, akan selalu menemukan jawabannya di hadapan Tuhan.
Air Mata di Ujung Sajadah bukan sekadar drama keluarga biasa. Ia adalah kisah tentang kehilangan, pengampunan, dan cinta tanpa batas. Cocok ditonton bagi kamu yang rindu film dengan pesan moral mendalam dan emosi yang kuat.
Film ini berhasil membuktikan bahwa doa dan kasih sayang seorang ibu adalah kekuatan terbesar yang bisa mengubah segalanya.