SERAYUNEWS -Film “Lintrik: Ilmu Pemikat” menjadi salah satu film horor Indonesia terbaru yang berhasil menarik perhatian publik.
Disutradarai oleh Irham Acho Bahtiar, film ini memadukan kisah mistis dengan budaya lokal khas Banyuwangi, menyoroti sisi gelap obsesi cinta serta bahaya ilmu pengasihan kuno yang dikenal sebagai lintrik.
Film ini resmi tayang di bioskop Indonesia pada 11 September 2025, dibintangi oleh deretan aktor muda berbakat seperti Karina Icha, Akbar Nasdar, Fannita Posumah, dan Meisya Amira.
Kisah “Lintrik: Ilmu Pemikat” berpusat pada tokoh Sari (Karina Icha), seorang wanita yang lelah dengan kehidupan malamnya di Banyuwangi.
Di tengah kesepian, ia masih menyimpan perasaan pada cinta pertamanya, Rendy (Akbar Nasdar), yang kini telah sukses dan menikah dengan sahabat lamanya, Nilam (Fannita Posumah).
Rasa obsesi membuat Sari mencari cara untuk merebut kembali hati Rendy. Melalui temannya Rini (Meisya Amira), ia diperkenalkan pada sebuah praktik kuno bernama “lintrik” ilmu pemikat tradisional asal Jawa Timur yang dipercaya mampu menundukkan hati seseorang tanpa sadar.
Namun, setelah melakukan ritual lintrik di bawah bimbingan seorang dukun wanita misterius di hutan, hidup Sari berubah menjadi mimpi buruk. Ia mulai diganggu oleh bayangan, mimpi aneh, dan kejadian mistis yang tak bisa dijelaskan secara logika.
Sari pun akhirnya menyadari bahwa kekuatan lintrik tidak hanya membawa cinta, tetapi juga membuka pintu bagi kekuatan jahat yang mengincar jiwanya.
Setelah tayang nasional pada September lalu, film “Lintrik: Ilmu Pemikat” kini hadir di Purwokerto, salah satunya di Rajawali Cinema.
Meskipun penayangannya sedikit terlambat dibandingkan kota besar lainnya, antusiasme penonton tetap tinggi. Bahkan, hari ini pihak bioskop mengadakan promo khusus dengan harga tiket hanya Rp10.000.
Beberapa penonton melaporkan adanya sedikit keterlambatan jadwal tayang di beberapa sesi, namun pihak bioskop memastikan film tetap diputar dengan kualitas gambar dan suara terbaik.
Bagi masyarakat Banyumas dan sekitarnya, latar cerita yang kental dengan budaya Jawa Timur membuat film ini terasa dekat dan relevan.
“Lintrik: Ilmu Pemikat” bukan sekadar film horor dengan teriakan dan jump scare. Film ini lebih menonjolkan atmosfer mistis dan psikologis, mengeksplorasi tema obsesi, dosa, dan konsekuensi keputusasaan manusia.
Melalui karakter Sari, film ini menunjukkan bagaimana seseorang dapat terjerumus dalam kegelapan karena tidak mampu menerima kenyataan.
Pesan moral yang ingin disampaikan jelas: jangan pernah mencari jalan pintas dalam urusan hati, terutama dengan melibatkan kekuatan gaib.
Selain kisahnya yang kuat, film ini juga memperkenalkan budaya spiritual Banyuwangi yang terkenal dengan tradisi mistiknya.
Unsur ritual, mantra, dan lokasi pedesaan di Jawa Timur memberikan nuansa autentik yang mempertegas aura mistis sepanjang film.
Film berdurasi 102 menit ini diproduksi dengan sentuhan lokal yang sangat kental. Proses syuting dilakukan langsung di Banyuwangi, menampilkan keindahan pedesaan, hutan, dan rumah tradisional yang menambah suasana mencekam.
Sutradara Irham Acho Bahtiar menjelaskan bahwa “Lintrik: Ilmu Pemikat” terinspirasi dari kisah nyata tentang praktik ilmu pelet di Jawa Timur. Namun, kisah tersebut dikemas secara sinematik agar tidak hanya menakutkan, tetapi juga menyampaikan pesan moral mendalam bagi penonton.
Dengan perpaduan kisah cinta tragis, budaya mistis, dan efek visual yang realistis, film ini berhasil mencuri perhatian pencinta horor tanah air.
Kini, dengan penayangan di berbagai kota termasuk Purwokerto, penonton lokal dapat merasakan langsung ketegangan dan misteri yang menyelimuti film Lintrik: Ilmu Pemikat.