SERAYUNEWS- Nyantri adalah upaya seseorang untuk belajar agama Islam, langsung pada guru dengan sistem dan managemen tempat, waktu yang sangat ketat.
Tidak semua anak atau orang mampu melewati suka duka menuntut ilmu di pondok pesantren. Terlebih santri penghapal Alquran. Santri hafidz, setiap hari berhadapan pada penghapalan ayat suci dan sangat menghindari hal-hal yang dapat mengganggu hapalan.
Namun, di Pondok Pesantren Bustanul Qur’an Dusun Karang Duren, Desa Pakikiran Kecamatan Susukan Banjarnegara, ada kebiasaan yang sudah menjadi tradisi. Berbagi sembako, sebelum santri pulang karena libur Lebaran.
Pengasuh Ponpes Bustanul Qur’an, Kiai Abdul Fatah mengatakan, Senin (1/4/2024) kemarin santri asuhannya melakukan kegiatan berbagi dengan warga sekitar Ponpes. Hal ini untuk mengasah kepekaan sosial santri, terhadap lingkungan sekitarnya.
“Kegiatan ini rutin setiap hendak perpulangan santri ke rumah masing-masing. Kami ingin melatih santri agar peka terhadap warga sekitar yang membutuhkan. Santri menyisihkan uang saku untuk persiapan baksos,” katanya.
Berbagi sembako tersebut, kata dia, terbagi kepada 48 warga sekitar dengan kriteria fakir miskin, janda lanjut usia.
Sejumlah penerima mengaku senang dengan aksi santri penghafal Alquran ini, lantaran di tengah sembako mahal ternyata masih ada yang peduli.
“Alhamdulillah, masih ada santri mau berbagi. Santri niku pejuang agama, mugi-mugi dados generasi hebat, kuat dan peka terhadap lingkungan sosial,” kata Mbah Parniyah, salah satu penerima bantuan sembako.