SERAYUNEWS – Ketua Kadin Solo, Ferry Septha Indrianto, baru-baru ini mengakui bahwa lapangan pekerjaan di wilayahnya sudah sempit. Hal ini diketahui bisa terjadi, salah satunya karena belum adanya pemahaman bersama (mutual understanding) antar wilayah penyangganya.
Ia pun membahas pentingnya konsep aglomerasi Solo Raya dalam mengatasi berbagai tantangan tersebut. Menurut Ferry, wilayah Kota Solo sudah mengalami perkembangan yang pesat dan signifikan, namun hal ini juga membawa sejumlah masalah.
“Khusus untuk Kota Solo, kehabisan wilayah, habis dan pengembangannya sudah luar biasa tinggi, secara cepat melukik, sehingga yang mengalami hal tersebut selama Republik ini berdiri baru Kota Solo,” ujarnya tak lama ini.
Menurutnya, dampak otonomi daerah juga telah menyebabkan disrupsi. Hal tersebut memang memastikan setiap daerah fokus memajukan wilayahnya masing-masing, namun ini tidak seharusnya membatasi kemajuan hanya karena batas wilayah.
“Memang tujuan otonomi daerah agar setiap daerah fokus memajukan daerahnya masing-masing, tetapi bukan tidak bisa maju hanya ketika ada batas wilayah,” tambahnya.
Ferry pun menekankan pentingnya pemahaman bersama atau Mutual Understanding untuk memulai mengatasi masalah ini.
Menurutnya, jika masalah ini tidak segera diselesaikan, dampaknya akan terasa pada kesejahteraan masyarakat karena lapangan pekerjaan akan semakin sulit.
“Sehingga, di sini saya melihat sangat khususon untuk Kota Solo, saya ingin membuat satu Mutual Understanding,” katanya.
“Dengan cara ini, kita mempublikasikan kondisi kita, status kita Kota Solo sudah sampai titik seperti ini, distrupsi sudah ada di depan mata. Dampak jika tidak diselesaikan adalah kesejahteraan masyarakat akan terpengaruh karena lapangan pekerjaan akan susah,” jelasnya.
Ia juga menyoroti bahwa peningkatan angkatan kerja tanpa adanya lapangan pekerjaan yang cukup akan menghambat masuknya investasi, dan pada akhirnya menimbulkan kerugian yang signifikan bagi suatu wilayah.
“Jika angkatan kerja kita semakin banyak tetapi tidak ada yang menampung dan lapangan pekerjaan tidak terbuka luas, maka dampak dari investasi tidak bisa masuk, dan itu menjadi kerugian,” kata dia.
Dengan demikian, konsep aglomerasi Solo Raya yang diusung oleh Ferry Septha Indrianto menjadi solusi penting untuk memastikan kemajuan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, di mana setiap daerah dapat berbagi keuntungan dan tidak ada yang tertinggal.
Ferry pun menekankan pentingnya berbagi tanggung jawab antara daerah dalam mengatasi masalah ini.
“Kita harus berbagi di sini, antara wilayah daerah harus berbagi. Sekali lagi, proses ini semua dapat berjalan ketika No One Left Behind (tidak boleh satupun yang tertinggal) dalam mekanisme proses,” bebernya.
Ia juga menambahkan bahwa setiap pemerintah daerah akan mendapatkan keuntungan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang layak.
“Jadi, setiap pemerintah daerah juga harus dapat keuntungan,” pungkasnya.***