SERAYUNEWS – Purbalingga baru saja menjadi saksi geliat dunia stand-up comedy dengan kehadiran Bintang Bete dalam tur nasionalnya pada Sabtu, (14/12/2024) malam.
Kehadiran salah satu komika ternama Indonesia ini menjadi bukti bahwa Purbalingga mulai dilirik sebagai destinasi yang menjanjikan bagi pertunjukan komedi tunggal.
Komunitas Stand-Up Indo Purbalingga, yang digawangi oleh Iqbal Bayu, menjadi motor penggerak yang menjaga bara komedi di kota ini tetap menyala.
“Kalau kata gue ya, selain karena Bang Bintang yang mau datang ke Purbalingga, sebelumnya kota ini sudah lumayan mulai dilirik dunia stand-up comedy nasional,” ujar Iqbal Bayu, Ketua Stand-Up Indo Purbalingga.
Sebelumnya, komunitas ini telah menyelenggarakan beberapa acara besar seperti Stand-Up Nite (SUN) yang mendatangkan komika nasional seperti Abdur dan Ali Akbar.
Menurut Iqbal, kehadiran Bintang Bete ke Purbalingga bukan kebetulan. “Bang Bintang tahu track record-nya, bahwa Purbalingga sudah pernah bikin acara-acara sukses. Ada tur Comika, SUN, dan mini-show lainnya,” jelasnya.
Dengan portofolio yang terus bertambah, Purbalingga mulai menarik perhatian komika nasional untuk menjadikan kota ini bagian dari tur mereka.
Dalam acara tur Bintang Bete ini, dua komika lokal, Ragil dan Dim Dim, diberi kesempatan untuk menjadi pembuka.
Dengan durasi masing-masing sekitar sepuluh menit, mereka berhasil memanaskan suasana sebelum Bintang naik panggung untuk menghibur penonton selama satu jam penuh.
“MC-nya juga improvisasi banget. Itu yang bikin suasana lebih cair sebelum masuk ke materi utama,” tambah Iqbal.
Sejak berdiri pada 2015, Stand-Up Indo Purbalingga telah menunjukkan perkembangan signifikan. Meskipun demikian, Iqbal mengakui bahwa perjalanan ini tidak tanpa tantangan.
“Awal berdiri, belum ada senior yang tembus nasional. Kita cuma open mic, belum bikin show. Tapi setelah berani bikin mini-show dan datangkan komika nasional, perkembangan mulai kelihatan,” katanya.
Namun, kekurangan sumber daya manusia (SDM) menjadi tantangan tersendiri. “Banyak anggota yang cuma mampir sebentar. Enggak ada paksaan untuk terikat, tapi mempertahankan anggota itu agak susah,” ujar Iqbal.
Selain itu, antusiasme masyarakat Purbalingga terhadap stand-up comedy masih belum setinggi kota-kota lain.
“Masyarakat Purbalingga mayoritas bekerja di industri pabrik, jadi hiburannya lebih ke tamasya. Berbeda dengan kota lain yang banyak mahasiswa atau pekerja kantoran yang lebih membutuhkan hiburan seperti stand-up comedy,” jelasnya.
Dalam pertunjukan kali ini, penjualan tiket tidak sesuai target. Menurut Iqbal, beberapa faktor seperti kondisi ekonomi dan waktu penyelenggaraan turut memengaruhi.
“Acaranya di awal bulan dan akhir tahun, pasca pemilihan presiden. Banyak masalah ekonomi bermunculan, daya beli masyarakat turun,” jelasnya.
Namun, Iqbal tetap optimis. Ia percaya bahwa dengan kontinuitas acara, masyarakat Purbalingga akan semakin terbiasa dan mulai menjadikan stand-up comedy sebagai hiburan yang diminati.
“Tahun 2025, kami mau bikin SUN kedua dengan konsep berbeda. Nggak cuma stand-up, tapi lebih produktif,” katanya penuh semangat.
Bagi Iqbal, stand-up comedy bukan hanya soal melucu di atas panggung. “Stand-up itu for something. Berdiri dan berbicara untuk sebuah keterwakilan,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya membawa isu-isu sosial, politik, atau kemasyarakatan dalam materi komedi. Dengan cara ini, stand-up comedy tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan edukasi kepada penonton.
“Kalau zaman dulu, komedi dipakai untuk melawan hal-hal yang sifatnya pergerakan. Sekarang, komika banyak membahas isu-isu hangat atau membela sesuatu dengan cara yang ringan tapi menyentuh,” tambahnya.
Meski masih menghadapi berbagai tantangan, Iqbal dan komunitasnya tidak menyerah. Mereka terus berusaha menjadikan Purbalingga sebagai salah satu pusat pergerakan stand-up comedy di Jawa Tengah.
“Masyarakat memang masih meraba-raba lagi setelah lama nggak ada stand-up comedy. Tapi dengan acara seperti ini, kita bisa pelan-pelan bangkit,” tutup Iqbal.
Tur Bintang Bete bukan sekadar pertunjukan, tetapi langkah besar bagi dunia stand-up comedy di Purbalingga.
Dengan semangat komunitas dan dukungan masyarakat, kota ini berpotensi menjadi panggung yang lebih besar untuk para komika, baik lokal maupun nasional.
Semua dimulai dari sebuah keyakinan sederhana: bahwa komedi bukan hanya hiburan, tetapi juga alat untuk berbicara dan menyampaikan makna.***