SERAYUNEWS – Sumur milik warga wilayah RT 2 RW 2 di Kelurahan Rejasari, Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas keruh dan berbau. Kondisi itu mulai terjadi sekitar dua bulan terakhir. Diduga, kondisi itu dampak karena tercemar dapur Makan Bergizi Gratis (MBG).
Oki Radityo, salah satu warga terdampak mengatakan bahwa dari awal didirikannya dapur MBG sudah melakukan kesalahan. Satu di antaranya, tanpa ada izin dan sosialisasi kepada warga sekitar.
“Pembuatan dapur MBG pasti ada SOP dan standar yang jelas, termasuk sosialisasi dan izin kepada warga sekitar, itu diabaikan. Sekarang timbul masalah, pemilik dapur baru mau menemui warga, dan warga seolah-olah dipaksa untuk menerima dampaknya,” kata Oki, Selasa (30/09/2025)
Menurut Oki, program ini menekankan sanitasi ketat, dan konsep dapur MBG pun dibuat untuk memenuhi standar internasional dalam penyediaan makanan bergizi dan berkualitas.
“Memang benar sumur yang terdampak sudah mulai membaik, tapi cek lab dong! yang tadinya layak konsumsi, apakah sekarang sudah layak? Buktikan dengan hasil tes lab!,” katanya.
Mengikuti saran dari Lurah Rejasari, lanjut Oki, dirinya telah membuat surat aduan yang ditujukan kepada Camat Purwokerto Barat, dengan tembusan Kepala Puskesmas Purwokerto Barat, Lurah Rejasari dan Ketua RW2 Rejasari.
Warga meminta agar ekosistem dikembalikan seperti semula. Yang tadinya tidak tercemar, kembali normal dan layak konsumsi. “Dari awal sudah tidak Kulo nuwun, poin itulah yang membuat kami belum bisa menerima dan harus melanjutkan aduan ini,” kata dia.
Kondisi tersebut dibenarkan oleh Ardian, petugas keamanan dapur saat ditemui sejumlah wartawan di lokasi dapur.
“Awalnya, IPAL dari dapur sudah mau distandarkan oleh pemilik, namun terhenti pada Juni lalu, karena pemilik meninggal dunia. Pada saat yang bersamaan, muncul keresahan dari warga,” ujar Ardian.
Lebih lanjut Ardian menjelaskan, menanggapi keluhan warga, istri almarhum pemilik dapur langsung menemui warga ‘door to door’ dan memberikan kompensasi.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban, pemilik juga menyalurkan air PAM dari dapur ke beberapa rumah terdampak, serta pembuatan sumur bor untuk bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar.
“Setelah melakukan perbaikan-perbaikan, pemilik juga sudah mengundang Dinkes dan DLH untuk melakukan pengecekan langsung kondisi dapur, hasilnya DLH menyatakan IPAL sudah masuk kategori standar, namun alangkah baiknya jika filterisasinya ditingkatkan lagi. Yang kami ketahui, setelah itu sudah tidak ada lagi keluhan dari warga,” kata Andrian.