SERAYUNEWS– Tour de Borobudur sudah menjadi agenda rutin tahunan sejak 2000 silam. Banyak penyempurnaan saban tahun agar gelaran ini makin sempurna. Tahun ini ajang tersebut akan berlangsung 5-6 Agustus.
Penyempurnaan Tour de Borobudur paling terasa saat Jawa Tengah dipimpin Ganjar Pranowo. Maklum, pria berambut putih itu juga doyan bersepeda. Praktis, ada perhatian lebih dalam menyempurnakan gelaran Tour de Borobudur.
Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat luas mulai bisa menikmati Tour de Borobudur. Tak sekadar jadi tontonan konvoi sepeda mahal di trek pedesaan. Banyak pihak yang terlibat.
Ya, selain menyajikan pesona wisata dalam bungkus sport tourism, perhatian Ganjar soal aspek sosial pada Tour De Borobudur menjadikannya helatan yang unik.
Wakil Koordinator Penelitian Tour de Borobudur dari Universitas Negeri Semarang, Billy Castyana, mengatakan aspek sosial ini menjadi salah satu indikator keunikan Tour de Bobrobudur. Seperti yang terlihat pada gelaran 2022 lalu.
Waktu itu, dia melihat, Tour de Borobudur menjadi wadah sosial melalui kerjasama dengan anak-anak berkebutuhan khusus, sekolah, hingga universitas. Sisi kemanusiaan yang diangkat mengajak masyarakat dan peserta untuk melihat aspek lain melalui event ini.
“Dan itu mendorong sisi kemanusiaan dari masing-masing peserta untuk melihat bahwa ternyata Tour de Borobudur tidak hanya mementingkan sisi bisnis dan event yang sukses, tapi bagaimana berkontribusi kepada masyarakat secara nyata,” kata Billy saat diwawancara media melalui jaringan seluler, Selasa (01/08/2023).
Billy menambahkan, dalam penelitiannya, keterlibatan seluruh pihak terasa lebih kental. Utamanya keterlibatan pemerintah daerah dalam mendukung ajang Tour de Borobudur. Tentu karena keterlibatan pemerintah sangat signifikan pada aspek penyiapan lokasi, pengamanan, hingga pelayanan administrasi.
Menurutnya, pemerintah daerah memandang Tour de Borobudur menyimpan potensi besar di sektor ekonomi dan promosi pariwisata. Berdasar laporannya, salah satu fokus pemerintah daerah adalah menyediakan tempat bagi UMKM lokal. Keterlibatan UMKM lokal, lanjutnya, benar-benar dirasakan sehingga masyarakat tidak hanya sebagai penonton dan peserta saja.
“Sehingga ada multiplier efek yang bisa didapatkan oleh pemerintah dan masyarakat melalui, Tour De Borobudur baik itu secara ekonomi atau promosi agar peningkatan pariwisata terjadi,” imbuhnya.
Selain pemerintah, Tour de Borobudur juga menarik banyak perusahaan untuk bergabung menjadi sponsor. Menurut Billy, para sponsor melihat Tour de Borobudur memiliki potensi pasar yang besar dilihat dari banyaknya jumlah peserta. Apalagi, peserta yang datang bukan hanya dari Jawa Tengah saja.
“Perusahaan melihat ini kesempatan untuk meningkatkan brand awareness. Sebenarnya yang mereka tuju adalah bagaimana masyarakat bisa mengenal. Produk-produk yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut melalui event ini,” paparnya.
Billy melihat Tour de Borobudur bisa menjadi promosi lintas daerah. Rutenya yang panjang, mengantarkan peserta menikmati kemolekan potensi di daerah-daerah yang dilewati.
Berbeda dari lari marathon yang saat ini hanya berkisar 5 kilometer hingga 10 kilometer saja atau cukup digelar di satu kota. Sehingga, Tour de Borobudur ini memiliki potensi pariwisata yang sangat besar.
Meski dinilai sudah nyaris sempurna, Billy memberikan sedikit catatan. Dia berharap, panitia Tour de Borobudur lebih getol melibatkan masyarakat untuk menjadi volunteer. Dengan begitu, masyarakat punya semangat berkontribusi, dan mendapatkan pengalaman berbagi, berinteraksi dengan para peserta. Selain itu, dia juga menyarankan adanya event-event pendamping selama TDB digelar.
“Harapannya bisa lebih luas lagi bisa membawa keterlibatan masyarakat untuk volunteerism, meningkatkan social impact dari Tour de Borobudur,” tandasnya.