SERAYUNEWS – Intensitas hujan di wilayah Kabupaten Banyumas, sudah semakin tinggi. Sesuai prediksi BMKG, akhir November 2023 ini memang sudah masuk musim penghujan.
Karena itu, BPBD Banyumas meminta warga lebih waspada terhadap perubahan musim dari kemarau ke penghujan ini.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banyumas, Budi Nugraha menyampaikan, saat kemarau lahan mengalami retakan dan rawan terjadi longsor.
Kondisi itu perlu waspada, karena berpotensi memicu longsor. Karena rekahan tanah akan kemasukan air saat hujan.
Hasil kajian risiko bencana BPBD, tanah longsor jadi bencana yang paling sering terjadi di Kabupaten Banyumas. Sejak tahun 2011 sampai 2021, ada 92 kejadian. Angka itu paling banyak, di banding dengan peristiwa bencana alam lainnya.
Tahun 2011 terjadi 6 kali longsor, tahun 2012 ada 7 kejadian. Tahun 2013 (1), tahun 2014 (3), dan tahun 2015 (7). Pada tahun 2016 kejadian meningkat drastis, yakni ada 26 kejadian.
Tahun berikutnya ada 35 kejadian, tahun 2018 terjadi penurunan 15 kejadian. Tahun 2019 ada 23 kejadian, naik drastis di tahun 2020 yakni 63 dan kembali meningkat di tahun 2021 mencapai 92 kejadian.
Wilayah yang berpotensi terjadi tanah longsor, tersebar merata di hampir seluruh kecamatan. Total luas lahan yang berpotensi longsor seluas 70.095,33 ha. Dengan luasan tersebut, maka masuk kategori risiko tinggi.
“Hampir merata di seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Banyumas,” ujarnya.
Pada awal musim penghujan tahun ini, bencana longsor sudah terjadi di sejumlah titik. Serayunews merangkum ada belasan titik longsor, dengan skala bervariasi di lima wilayah kecamatan.
Kecamatan Somagede ( 3 titik), Kecamatan Sumpiuh ( 10 titik), Kecamatan Tambak ( 3 titik), Kecamatan Cilongok (2 titik), Kecamatan Pekuncen (4 titik).