
SERAYUNEWS — Hujan deras berhari-hari memunculkan rekahan tanah di Desa Kalibombong, Kecamatan Kalibening, Banjarnegara.
Retakan berada pada kemiringan 25–35 derajat dan mengancam pemukiman warga di Dusun Margasari RT 01 RW 05.
BPBD Banjarnegara langsung melakukan assessment dan mengeluarkan peringatan dini kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan.
Tim juga masih melakukan kajian lanjutan untuk menentukan langkah antisipatif sebelum terjadi longsor.
Kepala Pelaksana BPBD Banjarnegara, Aji Piluroso, mengatakan rekahan tanah ini pertama kali dilaporkan warga. Setelah dicek di lapangan, retakan dinilai berpotensi mengancam permukiman dan area pertanian.
“Ada rekahan di area perbukitan dengan kemiringan 25 sampai 35 derajat. Sebagian besar tebing yang terdapat rekahan ini minim pohon tegakan. Selain itu, di sekitar lokasi juga terdapat empat kolam milik warga yang dinilai ikut meningkatkan kejenuhan tanah,” katanya.
Secara geologi, lokasi retakan termasuk Formasi Rambatan (Tmr), terdiri dari serpih, napal, batupasir, hingga batu gampingan dengan ketebalan 300 meter lebih.
Meski tidak berada di zona sesar aktif, rekahan dan longsoran kecil sudah terdeteksi di tebing sungai yang posisinya tepat di atas permukiman.
Berdasarkan peta geologi Banjarnegara–Pekalongan, Dusun Margasari berada di zona rawan gerakan tanah. Risiko longsor akan meningkat jika hujan intensitas tinggi kembali mengguyur wilayah tersebut.
“Curah hujan tinggi yang terus menerus masuk ke rekahan tanah memperbesar beban massa batuan sehingga berpotensi memicu longsor susulan,” katanya.
BPBD meminta pemerintah desa dan warga segera mengambil langkah mitigasi:
“Kami juga mengimbau untuk ikut mengeringkan empat kolam warga yang berada di sekitar titik rekahan, serta melakukan mitigasi struktural melalui kajian lanjutan oleh DPKPLH,” katanya.
BPBD juga mengingatkan warga agar tetap waspada mengingat curah hujan di Kalibening masih berpotensi memicu tanah retak dan longsor.
Kepala Desa Kalibombong, Wanti, meminta Pemkab Banjarnegara segera memberikan solusi atas ancaman bencana yang mengintai warganya.
“Kami segera tindak lanjuti rekomendasi dari BPBD dengan menutup retakan dan memindahkan saluran air, sehingga air tidak mengarah ke mahkota rekahan. Selain itu, kami harap agar Pemkab cepat ambil langkah teknis agar warga kembali tenang,” katanya.
Untuk meningkatkan kewaspadaan, pemerintah desa telah membuat pos pantau pergerakan tanah. Warga juga memasang tali deteksi manual untuk memonitor apakah retakan bertambah lebar.