SERAYUNEWS – Baru-baru ini seorang pendaki asal Semarang bernama Naomi Daviola Setyani (17), tersesat saat pendakian ke Gunung Slamet via jalur Bambangan. Beruntung, sang pendaki berhasil ditemukan dalam kondisi selamat.
Anggota Luar Biasa (ALB) Mapala Green Corp Fakultas Ilmu Budaya Unsoed Purwokerto, Tangkas Pamuji, membagikan beberapa tips untuk menghadapi situasi serupa.
Menurut pria yang akrab dengan sapaan Tatang ini, ketenangan sangat diperlukan apalagi ketika tersesat atau kehilangan arah.
“Ketika tersesat, jangan panik menjadi hal terpenting. Melihat sekeliling untuk mengetahui situasi dan melakukan mapping atau orientasi medan,” ujarnya, Rabu (9/10/2024).
Tatang menambahkan, jika membawa peta pendakian pakailah ilmu navigasi. Kemudian apabila pendaki yang tersesat lebih dari satu orang, sebaiknya membagi tim pencari menjadi beberapa kelompok.
Tim harus berbagi tugas pencarian melalui jalur ataupun membuat selter titik kumpul.
“Kemudian cari lembah atau mata air. Kalau sudah menemukan mata air, ikuti mata air untuk turun,” kata dia.
Selain itu bisa juga meninggalkan jejak dengan mematahkan ranting ataupun benda berwarna cerah, dan sangat penting untuk mengetahui arah timur dan barat.
“Untuk mengetahui arah timur atau barat, itu bisa melihat pohon. Bila sisi pohon terdapat lumut yang tebal, maka itu kemungkinan arah barat. Jangan lupa juga membuat perapian,” katanya.
Sedangkan bagi yang ingin mendaki atau berkemah di hutan, Tatang juga menyarankan agar terlebih dahulu memastikan berbagai perlengkapan. Seperti keamanan, kesehatan, ilmu tentang mountenering gunung hutan.
“Pelajari ilmu tentang gunung atau hutan, karakter hutan, medan, titik mata air dan cuaca,” ujarnya.
Kemudian peralatan yang paling mendasar adalah makanan, minuman, jaket, tenda dan air minum.
“Seorang pendaki Gunung Slamet, untuk keamanan minimal bawa air mineral lima botol masing-masing 1,5 liter. Untuk bertahan hidup jika tersesat, masih punya cadangan air minum,” kata dia.