Purwokerto, Serayunews.com- Ditengah pandemi, kebutuhan pangan terutama beras menjadi aspek yang sangat penting untuk menjaga stabilitas sosial. Untuk menghadapinya, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) melalui Ketua Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Berbasis Riset Dyah Susanti SP MP melakukan perakitan varietas unggul padi dan program teaching industry mengembangkan produk beras protein tinggi.
Dyah mengatakan, pemilihan varietas padi yang mampu menghasilkan beras dengan kualitas dan nilai jual yang tinggi, menjadi solusi dalam menyiasati harga rendah gabah padi-padi pada umumnya. Padi khusus, yang memiliki karakteristik tertentu baik dari aspek rasa, warna, aroma, maupun tekstur nasinya memberikan peluang pasar dengan segmentasi khusus juga dengan harga tinggi.
Ia dan Tim PKM menginisiasi pengembangan produk beras khusus sekaligus menjadi wahana edukasi bagi mahasiswa dan menjadi satu jalan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani melalui penerapan teknologi yang dikembangkan di perguruan tinggi.
Tim Program PKM Berbasis Riset Unsoed yang terdiri dari Dyah Susanti SP MP, Prof Ir Totok Agung DH MP PhD dan Rifah Ediati STP MP bekerjasama dengan Kelompok Tani Karya Utama 1 Desa Dawuhan Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga.
Dosen Fakultas Pertanian Unsoed ini mengatakan pembinaan teknologi diawali dari pengenalan varietas, utamanya Padi Protein Tinggi Unsoed yang telah mendapat penghargaan sebagai 109 Inovasi Prospektif Indonesia tahun 2017 dan beberapa padi yang bisa menghasilkan beras khusus. Di antaranya beras japonica, beras merah, dan beras basmati juga padi gogo aromatik Inpago Unsoed 1 yang telah dikenal menghasilkan beras yang memiliki kualitas hasil tinggi, yaitu nasinya bertekstur pulen, enak, dan beraroma wangi pandan yang lembut.
Selain pengenalan varietas juga dilakukan pelatihan budidaya di demplot, kemudian berkembang pada produksi di lahan-lahan petani, pendampingan teknik produksi melalui teknik budidaya, serta teknologi pascapanen yang dapat mendukung kualitas hasil yang tinggi.
Selain itu, pelatihan pemrosesan dan pengemasan juga telah dilakukan, termasuk pengemasan secara vakum, untuk meningkatkan daya simpan dan nilai tambah pada produk beras khusus yang dihasilkan.
Dyah mengatakan walaupun pada musim tanam ini kondisi lahan kekurangan air serta terganggu oleh adanya serangan hama wereng dan penyakit gosong palsu.
“Namun produktivitas Padi Protein Tinggi Unsoed yang diperoleh dari hasil ubinan 7,2 ton per hektar. Lebih tinggi dari kisaran produktivitas varietas padi yang selama ini ditanam oleh petani setempat menggunakan varietas padi lainnya dengan rata-rata hanya sekitar 5 ton per hektar pada musim ini,” katanya.
Selain hasil panen lebih tinggi daripada varietas lainnya, petani kata dia juga mendapatkan jaminan pembelian dan peningkatan pendapatan karena harga jual gabah padi-padi ini lebih tinggi. Ia berharap antusiasme kelompok tani Karya Utama 1 untuk terus memproduksi Padi Protein Tinggi ini secara berkelanjutan.
“Kami berharap Desa Dawuhan menjadi sentra produksi Padi Protein Tinggi yang mampu mendukung pengembangan agroindustri secara berkelanjutan dan mampu mengantar pada peningkatan kesejahteraan petani. Agar kisah klasik petani sebagai objek penanggung inflasi yang setiap saat terjadi, tak berulang lagi,” ujarnya. (alf)