SERAYUNEWS – Salah satu momen penting bagi Umat Islam ialah Maulid Nabi Muhammad SAW. Hampir seluruh muslim di dunia merayakannya semangat dan makna yang mendalam.
Maulid Nabi jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal kalender Hijriyah. Kemudian, pada tahun 2024 ini, 12 Rabiul Awal 1446 H bertepatan pada Minggu (15/9/2024) menurut penetapan Muhammadiyah dan Senin (16/9/2024) versi Nahdatul Ulama.
Sejatinya, tujuan utama perayaan Maulid Nabi di antaranya untuk merayakan kehidupan dan ajaran dari Nabi Muhammad SAW. Namun, setiap negara memiliki cara, tradisi, dan kebiasaan yang berbeda-beda.
Untuk itu, simak artikel di bawah ini guna mengetahui berbagai budaya perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dari berbagai negara seperti menghiasi masjid hingga tradisi Pararakan Agung di Brunei Darussalam.
Selanjutnya, agar mempelajari lebih dalam, alangkah baik mengenal apa pengertian Maulid Nabi. Menurut bahasa Arab, Maulid Nabi ialah مولد النبي atau Mawlid an-Nabī.
Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab memiliki arti hari lahir. Oleh sebab itu, Maulid Nabi adalah sebuah peringatan hari lahir dari Nabi Muhammad SAW.
Berikutnya, berbicara tentang sejarah peringatan Maulid Nabi, terdapat beragam versi mengenai awal mula peringatan Maulid Nabi SAW.
Salah satu pendapat yang Ahmad Tsauri sampaikan dalam buku “Sejarah Maulid Nabi” (2015), perayaan maulid Nabi SAW telah masyarakat muslim laksanakan sejak tahun kedua Hijriah.
Khaizuran atau Jurasyiyah binti ‘Atha (170 H/786 M) memerintahkan agar penduduk Madinah mengadakan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Nabawi.
Dari Madinah, Khaizuran lantas pergi ke Mekah dan melakukan perintah yang sama kepada penduduk Mekah untuk merayakan Maulid Nabi SAW di rumah-rumah.
Karena pengaruhnya yang besar itu, Khaizuran mampu menggerakkan masyarakat muslim Arab untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Hal tersebut bertujuan agar teladan, ajaran, dan kepemimpinan Nabi SAW dapat terus menginspirasi umat Islam.
Sebagian besar ulama meyakini, Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal, Tahun Gajah (570 M). Jadi, setiap tanggal tersebut diperingati dengan Maulid Nabi SAW.
Sementara itu, inilah rangkuman beragam tradisi Maulid Nabi SAW di sejumlah negara.
Di India, umat Islam memulai persiapan satu hari sebelum perayaan Maulid Nabi, dari menghiasi jalan, masjid, dan pasar dengan lampu-lampu indah berwarna-warni serta bendera warna hijau.
Selain itu, mereka mengikatkan pita hijau di tangan karena warna hijau melambangkan Islam. Para wanita tak lupa untuk menyiapkan berbagai jenis makanan lezat seperti Sheer Khurma dan Seviyan.
Layaknya lebaran di Tanah Air, banyak yang mengenakan baju baru, membagikan permen, dan mengunjungi masjid sebagai tradisi memperingati Maulid.
Kaum muslim di Turki memperingati Maulid Nabi di masjid-masjid kota besar. Contohnya Masjid Istanbul, Ankara, Bursa, Edirne, Gaziantep, Hatay, Konya, Hakkari dan Sanliurfa.
Gedung pertemuan bisa menjadi alternatif. Nantinya, mereka menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti pengajian dengan mengundang Syekh dan lain-lain di sana.
Pada malam Maulid, muslim Turki melaksanakan sholat dan membaca Al-Qur’an di rumah masing-masing atau bisa juga berkumpul di masjid. Sama halnya di Indonesia, Maulid Nabi di Turki ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Berbeda dari dua negara sebelumnya, perayaan Maulid Nabi di Mesir tergolong sangat meriah. Ada berbagai macam acara, sebut saja pembacaan kasidah nabi, festival film dan lagu, festival shalawat serta zikir.
Tak hanya itu, Pawai Tarekat menjadi daya tarik tersendiri karena para imam dan pengikut tarekat dengan pakaian khas masing-masing, menyusuri jalan-jalan. Ada pula aliran tarekat yang menampilkan gerakan-gerakan akrobatik seperti halnya seni debus di Indonesia.
Selain itu, ada jajanan rutin warga Mesir ketika merayakan Maulid Nabi SAW bernama permen maulid atau arouset el-moulid. Makanan ini berupa permen gula berbentuk sultan di atas kuda.
Menyebrang ke negara tetangga, yaitu Brunei Darussalam di mana ada puncak kegiatan Maulid Nabi bernama Perarakan Agung. Sultan Brunei Hassanal Bolqiah memimpin langsung acara tersebut.
Pada acara Perarakan Agung, Sultan dan berbagai lapisan masyarakat di Brunei berjalan menyusuri seluruh kota Bandar Seri Begawan sepanjang 4,3 kilometer.
Mereka mengenakan pakaian yang menarik dan melantunkan shalawat sepanjang jalan. Pada malam sebelum perayaan puncak itu, digelar pembacaan rawi Maulid Syaraful Anam di Istana Nurul Iman.
Uniknya, acara Perarakan Agung ini dinilai oleh dewan juri sehingga bakal mendapatkan penghargaan. Perarakan Agung pun memiliki daya tarik bagi turis mancanegara.
Itulah beberapa tradisi yang terjadi di sejumlah negara dalam menyambut dan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Semoga bermanfaat.
***