SERAYUNEWS – Tradisi memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW memang unik dan penuh makna di berbagai daerah di Indonesia.
Setiap tempat punya cara tersendiri untuk merayakan momen penting ini. Tentunya, tradisi-tradisi tersebut sudah berlangsung turun-temurun.
Bukan hanya sekadar perayaan, tapi juga menjadi momen kebersamaan dan berbagi dengan sesama.
Berikut beberapa tradisi Maulid unik dari berbagai daerah di Indonesia yang menarik untuk kita ketahui.
Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW sebenarnya bukan hanya soal merayakan kelahiran beliau, tapi juga tentang mengambil hikmah dari kehidupannya.
Salah satu hikmah terbesar dari perayaan ini adalah mengingatkan kita untuk meneladani akhlak dan perilaku Nabi Muhammad, seperti sifat sabar, rendah hati, dan selalu berbuat baik kepada sesama.
Maulid juga jadi momen buat kita mempererat tali silaturahmi, baik dengan keluarga maupun masyarakat sekitar.
Kebersamaan, gotong royong, dan berbagi dengan sesama saat Maulid juga menjadi wujud nyata bagaimana kita bisa belajar lebih peduli terhadap orang lain, sebagaimana yang Nabi Muhammad SAW ajarkan.
Di Aceh, perayaan Maulid Nabi biasanya identik dengan tradisi masak kuah beulangong. Ini adalah makanan khas Aceh yang sering muncul saat hari besar Islam, termasuk Maulid.
Kuah beulangong adalah masakan gulai daging sapi atau kambing dengan bumbu rempah yang kaya rasa. Uniknya, proses memasaknya warga lakukan secara gotong royong.
Tradisi Maulid di Sampang, Madura juga nggak kalah unik. Di sini, masyarakat membuat ketupat dari daun kelapa untuk memperingati Maulid Nabi.
Ketupat ini bukan hanya untuk warga makan, tapi juga menjadi simbol keikhlasan dan kebersamaan. Biasanya, ketupat yang sudah jadi mereka bagikan kepada keluarga, tetangga, dan fakir miskin.
Di Yogyakarta, perayaan Maulid Nabi dikenal dengan nama Grebeg Maulud. Ini adalah salah satu prosesi besar Keraton Yogyakarta.
Tradisi ini ditandai dengan adanya gunungan, yaitu tumpukan makanan yang terdiri dari hasil bumi seperti sayuran, buah, dan kue.
Gunungan ini akan masyarakat arak dari Keraton menuju Masjid Gede Kauman. Setelah prosesi selesai, gunungan akan warga perebutkan karena percaya yang mendapatkan bagian dari gunungan bisa membawa berkah.
Masih di Yogyakarta, ada juga tradisi Sekaten yang berlangsung selama seminggu dalam rangka Maulid Nabi. Sekaten dimulai dengan tabuhan gamelan Sekaten, dan masyarakat percaya bahwa mendengarkan gamelan ini bisa mendatangkan berkah. Tradisi ini biasanya ramai dengan pasar malam, di mana banyak pedagang menjajakan aneka makanan, mainan, dan pernak-pernik khas.
Di Banyuwangi, ada tradisi unik yang disebut Endog-endogan. Dalam tradisi ini, masyarakat membuat hiasan dari telur dan mereka tancapkan pada pohon pisang.
Telur-Telur tersebut berhias warna-warna cerah, kemudian masyarakat arak berkeliling kampung. Endog-endogan bukan hanya sekadar hiasan, tapi juga simbolisasi keberkahan dan kemakmuran.
Dari Aceh hingga Banyuwangi, tradisi Maulid Nabi di Indonesia sangat kaya dan beragam. Setiap daerah punya cara tersendiri untuk merayakan momen ini, dengan adat dan budaya yang mereka miliki.***(Hardiyansyah Supardi)