SERAYUNEWS– Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah pernah menjadi salah satu basis pertahanan pasukan Pangeran Diponegoro melawan penjajahan Belanda. Kondisi Wonosobo yang berbukit-bukit, berupa hutan belantara kala itu, menjadi lokasi tepat menyusun kekuatan dan mengatur strategi perang di rentang tahun 1825-1830.
Ketika perang Jawa meletus, Laskar Pangeran Diponegoro membangun basis kekuatan di Wonosobo. Bersama Imam Misbach, atau dikenal Tumenggung Kertosinuwun, Tumenggung Mangkunegaran, dan Gajah Permodo, Kyai Muhammad Ngarpah berjuang melawan pendudukan Belanda di wilayah Kabupaten Wonosobo.
Dalam sebuah pertempuran, Kyai Muhammad Ngarpah berhasil meraih kemenangan pertama, sehingga kemudian diberikan gelar Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Setjonegoro. Dia mengawali kekuasaannya berada di Ledok, Selomerto. Kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke kawasan Kota Wonosobo. Dia menjadi Bupati Wonosobo yang pertama.
“Dengan kondisi alam berupa hutan belantara dan berbukit-bukit membuat Senopati Pangeran Diponegoro memilih Wonosobo untuk menyusun kekuatan dan mengatur strategi perang,” ungkap Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat saat melakukan ziarah ke Makam Bupati Wonosobo Pertama KRT Setjonegoro, belum lama ini.
Untuk mengingat sejarah panjang perjuangan pahlawan kemerdekaan dan tokoh-tokoh pendiri Wonosobo, seorang pemuka agama Hindu di lereng Gunung Sindoro, Tahun 2000 silam telah membangun sebuah tugu. Tugu itu dinamai Tugu Pancasila, berdiri di Dusun Purwosari RT 01 RW 06 Desa Reco Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo.
Tugu itu dibangun pemuka agama Hindu bernama Trisno Dwijo, di lahan pekarangan depan rumahnya. Dia sengaja membangun sebuah tugu bersejarah, sekitar Tahun 2000 silam, dengan jerih payahnya sendiri. Tugu itu semata-mata dibangun untuk mengingatkan kepada masyarakat, lebih khusus generasi muda tentang sejarah Bangsa Indonesia.
Tugu Pancasila itu memiliki tinggi sekitar 12 meter. Terbuat dari beton semen, berbentuk segi lima yang di bagian atas terdapat lambang Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan terkenal yang diucapkan Presiden RI Pertama Soekarno, ‘jangan sekali-kali meninggalkan sejarah’ (Jasmerah) dalam pidatonya 17 Agustus 1966 menjadi motivasi baginya.
Pemuka Hindu itu mengaku sengaja membuat Tugu Pancasila untuk mengajak generasi muda tak melupakan sejarah. Generasi muda diharapkan selalu mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila. Karena Pancasila menjadi dasar Negara Indonesia. Jadi ia ingin generasi muda maupun masyarakat secara umum, jangan sampai kita bercerai berai karena adanya perbedaan.
Kita harus senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan agar Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat, selalu aman, tentram dan damai. Dari itu, dia sengaja merepresentasikannya dalam sebuah Tugu Pancasila. Tugu Pancasila memiliki lima sisi sesuai dengan jumlah sila. Dibawahnya ada beberapa tulisan Jawa dan keterangan tahun dibangunnya tugu tersebut.
Desa Reco di lereng Gunung Sindoro Jawa Tengah, selama ini juga menjadi ikon keberagaman di Wonosobo. Di desa itu, warganya memiliki berbagai keyakinan dan agama. Namun mereka hidup rukun di satu wilayah. Tugu Pancasila itu bakal menjadi cerminan semangat persatuan dan kesatuan Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan agama.