SERAYUNEWS — Universitas Terbuka (UT) Purwokerto mengambil peran aktif dalam penguatan budaya dan pendidikan di wilayah Banyumas. Kehadiran UT Purwokerto dalam acara Sarasehan Kebudayaan di Pondok Pesantren Al-Falah, Jatilawang, menjadi langkah strategis untuk memperluas akses Pendidikan Jarak Jauh bagi santri dan masyarakat. Acara ini dihadiri langsung oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadly Zon, M.Sc., serta berbagai tokoh penting dari unsur adat, akademisi, dan masyarakat.
Kegiatan sarasehan menyatukan elemen agama, adat, dan budaya dalam sebuah forum diskusi. Acara diawali dengan ziarah ke makam Hj. Nyai Marfuah, yang menandakan penghormatan terhadap warisan spiritual dan kearifan lokal yang menjadi akar dari pondok pesantren.
Dalam sambutannya, Menteri Fadly Zon menegaskan bahwa kekayaan budaya bangsa adalah pilar utama yang harus dilestarikan. Beliau melihat pondok pesantren memiliki peran ganda, tidak hanya membina iman dan ilmu, tetapi juga menjadi tempat lahirnya karya-karya budaya yang kaya nilai santri dan tradisi lokal. Pesantren dapat menghasilkan film, musik, dan sastra yang merefleksikan identitas nasional.
Sinergi antara pendidikan dan budaya juga ditekankan oleh pengasuh Ponpes Al-Falah, KH. Ahmad Shobri. Beliau menyampaikan bahwa “kebudayaan adalah akar; agama adalah cahaya. Jika akar kuat dan cahaya terang, maka bangsa ini akan tumbuh kokoh.”
Partisipasi UT Purwokerto dalam acara ini menjadi bukti nyata komitmen kampus dalam mendukung pelestarian budaya sekaligus memperluas jaringan akademik. Melalui acara ini, Universitas Terbuka Purwokerto menjajaki peluang untuk:
Memperluas kolaborasi dalam berbagai pelatihan dan workshop kebudayaan.
Mengoptimalkan sistem Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) yang dimiliki UT Purwokerto agar lebih fleksibel diakses oleh para santri dan masyarakat Jatilawang yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi.
Mendukung produksi dan publikasi karya budaya lokal melalui penelitian dan kerja sama akademik.
Dengan kehadirannya, UT Purwokerto berharap dapat memberi manfaat ganda, yaitu meningkatkan akses pendidikan bagi komunitas pesantren dan masyarakat sekitar, sekaligus memperkuat identitas budaya lokal sebagai bagian dari kekayaan nasional