Ditemui di rumah dinasnya, Senin (31/5/2021), Ganjar menceritakan awal mula membantu Oma Koesno. Sebelum kisahnya membantu membayarkan kontrakan, Ganjar mengatakan pernah membantu keluarga itu beberapa kali.
“Sebenarnya ada cucunya Oma Koesno, kalau tidak salah namanya Roland. Ketika itu ada di media massa, kemudian ada yang cc ke medsos saya. Saya kan tidak tahu awalnya, kemudian saya minta cari. Ternyata cucunya Oma Koesno ini sudah mengirimkan _direct massage_ ke saya, kemudian kami ngobrol di sana,” kata Ganjar.
Awalnya, Roland menceritakan bahwa Oma Koesno sudah sakit-sakitan. Usianya sudah 80 tahun lebih dan sering keluar masuk rumah sakit.
“Kemudian saya tanya apa masalahnya, ternyata biaya rumah sakit. Oke, nanti saya bantu,” katanya saat itu.
Ternyata permasalahan tidak selesai sampai di sana. Selang beberapa bulan kemudian, Ganjar dihubungi lagi oleh keluarga Oma Koesno. Permasalahan kedua adalah tentang tagihan listrik atau PDAM yang katanya menunggak sehingga akan dicabut.
“Saya lupa, entah listrik atau PDAM. Kemudian saya minta staf saya cek ternyata betul, tiga bulan belum dibayar. Kemudian saya bantu,” jelasnya.
Yang terakhir lanjut Ganjar barulah soal biaya sewa rumah. Ganjar mengatakan sangat terharu karena dia sampaikan per 1 Juni rumah kontrakannya mau diambil oleh pemiliknya. Padahal lanjut dia, 1 Juni merupakan hari lahir Pancasila dan Pancasila pencetusnya adalah Bung Karno.
“Maka saya sampaikan, boleh tidak saya minta nomor telepon pemilik rumahnya. Ternyata benar, rumahnya mau diambil dan direnovasi. Kalau direnovasi, kan Oma Koesno mesti meninggalkan tempat, padahal waktu itu hanya tinggal beberapa hari. Jadi setelah komunikasi dengan pemilik rumahnya, ya sudah saya bayar saja,” jelasnya.
Tidak ada tujuan apapun yang diinginkan Ganjar dengan membantu keluarga Oma Koesno itu. Semuanya hanya lebih pada cerita kemanusiaan semata.
“Saya juga _ndak_ tahu ternyata ramai dan diviralkan di medsos. Mungkin tangan Tuhannya begitu, wong saya juga ndak kenal. Ini hanya soal cerita kemanusiaan saja. Dia ajudannya Bung Karno kok, sama seperti saat saya membantu yang di Semarang (Kapten Sanjoto) yang juga pernah mengawal Bung Karno. Setelah ini mudah-mudahan kawan-kawan yang ada di Jabar, Depok dan sekitarnya bisa membantu (Oma Koesno),” jelasnya.
Ganjar menegaskan, negara harus memberikan perhatian dan bantuan kepada orang-orang yang telah berjasa bagi negara. Tak hanya para pejuang, para atlet dan orang-orang berprestasi yang pernah mengharumkan nama bangsa, harus diperhatikan.
“Orang-orang yang telah berjasa atau mengharumkan nama bangsa, kalau nasibnya tidak bagus maka wajib hukumnya kita membantu,” tegasnya.
Caranya lanjut Ganjar bisa dilakukan oleh seluruh daerah untuk mendeteksi keberadaan orang-orang tersebut. Menggandeng organisasi-organisasi seperti LVRI, organisasi pejuang Angkatan 45 atau organisasi lain bisa dilakukan untuk mengetahui keberadaan mereka.
“Saya sudah lakukan itu. Pengalaman saya di Jateng ya bekerja sama dengan organisasi-organisasi itu untuk kemudian mengetahui keberadaan mereka dan kalau kesulitan wajib hukumnya dibantu,” terangnya.
Kalau pemerintah daerah bisa melakukan itu, maka itu jauh lebih baik. Namun jika tidak bisa, maka Ganjar mengatakan bisa mengusulkan ke Kementerian Sosial atau menggandeng perusahaan untuk memberikan CSR nya.
“Banyak perusahaan yang mau bantu. CSR banyak. Kita saja pemerintah yang harus aktif untuk mencarikan jalan keluarnya,” pungkasnya.