Wonosobo, serayunews.com
Peresmian Desa Sentra Dombos ini dilakukan sebagai bagian dari pelestarian Dombos sebagai Sumber Daya Genetik Hewan (SDGH) Kabupaten Wonosobo.
Dombos atau domba Wonosobo merupakan spesies domba genetik Kabupaten Wonosobo. Dombos merupakan hasil persilangan antara domba jenis texel dan lokal yang namanya sudah diresmikan pada tahun 2006 oleh Presiden RI saat itu Susilo Bambang Yudhoyono.
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Wonosobo Muhammad Albar menegaskan agar dombos tidak sembarangan dijual ke luar Wonosobo. Dombos saat ini sudah banyak diminati, padahal populasi dombos masih terbatas. Untuk itu diperlukan perhatian khusus oleh semua pihak, termasuk peternak dombos di Wonosobo.
“Jangan mudah tergiur harga mahal yang akhirnya mengorbankan nilai terbaik dari dombos untuk jangka panjang,” katanya.
Menurutnya, nama Mbek bukan sekadar suara domba, mbek merupakan singkatan dari Mbangun Bersama Ekonomi Kreatif. Di dalam omah galeri dijual hasil olahan bulu dombos dan berbagai hasil karya masyarakat Desa Butuh.
Selain itu, wabup juga memberikan apresiasi terhadap Rumah Zakat yang sudah terlibat langsung dalam melestarikan Dombos.
Selain Desa Butuh, Rumah Zakat juga membina peternak dombos di Desa Bomerto, Kecamatan Wonosobo. Bahkan kelompok ternak di Desa Bomerto berhasil mendapatkan juara 1 sebagai kelompok ternak terbaik Jawa Tengah.
Branch Area Relations Rumah Zakat Luistanto mengatakan, dengan kerjasama ini diharapkan para peternak di Desa Butuh bisa lebih berdaya, apalagi saat ini sudah dikukuhkan sebagai Desa Sentra Dombos.
“Dombos ini selain tampangnya besar, bulunya juga memiliki nilai jual yang tinggi,” ujarnya.
Fasilitator Rumah Zakat Dwi Susilowati mengatakan, rumah zakat bersama dengan fasilitator lainnya juga sepakat dan berkomitmen untuk menjaga kelestarian dombos. Hal ini dibuktikan dengan mendatangkan langsung pakar ternak dari Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman serta Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto.