Purbalingga, serayunews.com
Hasil pengukuran bulan Agustus 2022, terdapat hasil anak yang pertumbuhannya masuk kategori pendek sebanyak 5,760 balita. Sedangkan dengan kategori sangat pendek sebanyak 1.860 balita, kategori normal sebanyak 47.210 balita. Kemudian untuk kategori tinggi sebanyak 424 balita.
“Balita yang masuk kategori stunting sebanyak 7.620 balita. Angka prevalensi sebesar 13.79 persen,” kata Aris Wibowo, Kepala Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Sosial BAPPELITBANGDA, Purbalingga, Senin (05/12/2022).
Dia menjelaskan, Purbalingga menjadi lokus penanganan stunting dari tahun 2018, ada lokus 10 desa. Di tahun 2020, makin luas menjadi 30 desa. Tahun 2021 luas lagi, menjadi 40 desa.
Kemudian pada 2022 bulan Mei, ada 24 desa dengan stunting tertinggi dengan rata-rata prevalensi stunting 25,79 persen. Sehingga 24 desa tersebut akan menjadi lokus penanganan stunting di tahun 2023.
“Karena ketidakstabilan pengisian E-PPGBM yang jadi dasar dalam penentuan lokus DAK Air Minum dan Sanitasi, maka jumlah desa lokus bertambah menjadi 57 desa,” kata Aris.
Lebih lanjut dia menyampaikan, bahwa stunting ini tidak hanya tugasnya Dinkes. Dinas-Dinas dan organisasi di luar pemerintahan pun memiliki peranan yang sangat penting. Semoga tahun depan semua kasus yang dialami oleh bapak ibu, akan kami sampaikan di forum rapat Ad Hoc kabupaten,” katanya.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Bambang Sucipto mengatakan tentang aksi konvergensi percepatan pencegahan stunting. Setelah melalui aksi analisis situasi, berlanjut aksi Pengukuran dan Publikasi Stunting, berakhir dengan aksi Revisi Kinerja Tahunan.
“Angka stunting di Kabupaten Purbalingga untuk usia 0 sampai dengan 59 bulan adalah 13,79 persen. Dalam penanganannya, strategi nasional percepatan penurunan stunting yang sudah diketahui dan dipahami bersama ada dalam Perpres Nomor 72 Tahun 2021,” kata dia.