Baturraden, serayunews.com
Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar. Laa ilaaha illallaahu wallahu akbar. Allahu akbar walollaahilham.
Sekitar pukul 08.00 WIB bacaan takbir masih berkumandang. Bukan di sound masjid, melainkan sound portable yang diangkut menggunakan gerobak. Gema takbir itu mengiringi langkah warga di jalan Gang Melati, Grumbul Brubahan, Desa Kutasari Kecamatan Baturraden.
Mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa, sampai sesepuh desa setempat. Bahkan, tak hanya warga muslim saja, seluruh warga tanpa memandang agama, berkumpul di jalan tengah desa.
Baca juga: [insert page=’salat-id-di-alun-alun-tiwi-menyapa-perantau-yang-mudik-ke-purbalingga’ display=’link’ inline]
Ada satu tradisi di Grumbul Brubahan, khususnya RW 03, saat perayaan Idulfitri. Masyarakat berkumpul di satu titik, bersalam-salaman untuk saling maaf-maafan. Ya, halalbihalal ala warga Brubahan, sudah menjadi tradisi.
Mereka berdiri berbaris mengular sepanjang jalan. Beberapa disiapkan kursi, khusus bagi tetua desa. Satu persatu, berjalan bergiliran, saling bersalaman. Ada wajah-wajah asing, mungkin mereka yang pulang dari perantauan. Ada juga keluarga baru dari warga setempat yang tinggal di luar daerah.
“Kumpul jadi satu, lebih efektif waktu dan tenaga, dalam satu waktu bisa bertemu dengan semua warga, ini lebih efektif dan efisien,” Kata Tarso, Ketua RW 03, dalam sambutannya.
Momen Lebaran seperti ini yang dinanti, bukan semata euforia mengakhiri Ramadan. Mudik bukan sekadar pulang kampung dari tanah rantau, tapi ada yang lebih esensi yakni perspektif sosial. Momentum untuk menjumpai yang lain, berkumpul, dan bersilaturahmi, wujud dari implementasi nilai beragama.
Bukan lagi hijau tanaman yang menjadi pagar rumah warga, orang-orangnya juga sudah berbeda, tapi halal bihalal dengan cara seperti itu menjadi tradisi yang tetap terjaga.