
SERAYUNEWS- Menjelang pergantian tahun, ruang digital kembali dipenuhi berbagai informasi yang menjanjikan hadiah menarik.
Namun, di balik euforia Tahun Baru 2026, masyarakat justru dihadapkan pada maraknya tautan palsu yang mengatasnamakan perusahaan besar seperti PLN dan Pertamina.
Modusnya beragam, mulai dari klaim hadiah uang tunai hingga kuesioner berhadiah yang tampak meyakinkan.
Fenomena ini menjadi perhatian serius karena tidak sedikit warga yang tertipu akibat kurangnya verifikasi informasi.
Dengan visual yang dibuat menyerupai situs resmi dan narasi yang persuasif, pelaku penipuan memanfaatkan kepercayaan publik terhadap Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Oleh karena itu, pemahaman yang tepat mengenai ciri-ciri hoaks dan kanal resmi informasi menjadi kunci utama agar masyarakat tidak terjebak dalam praktik penipuan digital yang kian canggih.
Media sosial, khususnya Facebook dan WhatsApp, belakangan diramaikan unggahan berisi tautan pendaftaran hadiah Tahun Baru 2026 yang diklaim berasal dari PLN dan Pertamina.
Unggahan tersebut dilengkapi logo resmi, narasi persuasif, hingga testimoni palsu untuk membangun kepercayaan publik.
Beberapa unggahan bahkan menampilkan foto antrean kendaraan di SPBU serta desain laman yang menyerupai situs resmi perusahaan.
Pengguna diarahkan untuk mengklik tautan dan dijanjikan hadiah uang tunai hingga Rp1.500.000 hanya dengan mengisi kuesioner singkat.
Pola ini sengaja dirancang untuk memancing rasa penasaran sekaligus memanfaatkan momen pergantian tahun, saat masyarakat cenderung lebih responsif terhadap promosi dan hadiah.
Setelah ditelusuri, tautan tersebut mengarah ke alamat situs mencurigakan yang tidak menggunakan domain resmi perusahaan.
Di dalam laman itu, pengguna diminta mengisi data pribadi, bahkan diarahkan untuk membagikan informasi lanjutan melalui aplikasi WhatsApp.
Praktik semacam ini merupakan ciri khas modus phishing, yakni upaya mengelabui korban agar menyerahkan data sensitif seperti nomor telepon, identitas pribadi, hingga potensi akses ke akun perbankan.
Ahli keamanan digital mengingatkan bahwa penawaran hadiah tanpa proses resmi dan transparan hampir selalu berujung pada penipuan.
Menanggapi maraknya informasi palsu tersebut, akun Instagram resmi PLN (@pln_id) secara terbuka mengeluarkan imbauan kepada masyarakat.
PLN menegaskan bahwa tidak pernah mengadakan program hadiah Tahun Baru 2026 dengan modus kuesioner online.
Dalam pernyataan resminya, PLN menyampaikan,
“Electrizen, waspada terhadap penipuan dan informasi palsu yang mengatasnamakan hadiah Tahun Baru 2026 dengan modus kuesioner dari PLN.”
PLN juga menegaskan bahwa seluruh informasi resmi hanya disampaikan melalui kanal yang dapat diverifikasi, seperti:
1. Situs resmi: www.pln.co.id
2. Aplikasi PLN Mobile
3. Media sosial resmi PLN
4. Contact Center PLN 123
5. PLN Daerah Turut Ingatkan Masyarakat
Ia mengingatkan agar warga tidak tergiur iming-iming hadiah, apalagi jika disertai permintaan data pribadi, kode OTP, atau informasi perbankan.
PLN memastikan tidak pernah meminta data sensitif pelanggan melalui pesan instan maupun tautan tidak resmi.
Tak hanya PLN, nama PT Pertamina (Persero) juga dicatut dalam kasus serupa. Berdasarkan klarifikasi dari Kementerian Komunikasi dan Digital, tautan hadiah yang mengatasnamakan Pertamina dipastikan tidak berasal dari situs resmi perusahaan.
Laman tersebut bahkan meminta pengguna untuk menyebarkan data pribadi melalui WhatsApp, sebuah praktik yang jelas melanggar prinsip keamanan data.
Pemerintah menegaskan bahwa klaim tersebut masuk kategori informasi palsu dan berbahaya.
Agar tidak menjadi korban, masyarakat perlu mengenali beberapa tanda umum penipuan digital:
1. Alamat situs tidak menggunakan domain resmi
2. Janji hadiah besar tanpa proses jelas
3. Permintaan data pribadi atau OTP
4. Desakan untuk segera mengisi atau membagikan tautan
5. Tidak ada pengumuman di kanal resmi instansi
Maraknya hoaks hadiah Tahun Baru 2026 menjadi pengingat pentingnya literasi digital di tengah masyarakat.
Setiap informasi yang beredar, terutama yang menjanjikan hadiah, perlu diverifikasi sebelum diklik atau dibagikan.
Masyarakat diimbau untuk selalu mengandalkan kanal resmi instansi terkait serta memanfaatkan layanan cek fakta media terpercaya.
Dengan sikap waspada dan kritis, risiko menjadi korban penipuan digital dapat ditekan secara signifikan.