Kepala BPBD Kabupaten Purbalingga Umar Faozi mengatakan, sudah hampir sepakan intensitas hujan relatif tinggi. Sedangkan pergerakan tanah mulai Rabu (2/12/2020). Namun, retakan rumah mulai terjadi pada Kamis malam.
“Berdasarkan pendataan bersama warga setempat, ada 36 rumah yang rusak,” kata Umar, Jumat (4/12/2020) siang.
Kontur dan topografi lahan di wilayah ini cenderung perbukitan dengan elevasi yang cukup terjal mencapai 30 derajat. Kondisi diperparah dengan turunnya hujan intensitas tinggi.
“Beberapa rumah retak dan bahkan ada yang ambruk. Ada dua rumah yang turun, karena tanah anjlok,” ujarnya.
Tedi Indriyanto mengatakan, sepengatahuan dia, selama tinggal puluhan tahun di desa ini, baru pernah terjadi peristiwa seperti ini. Meskipun pada musim hujan, namun belum pernah longsor separah ini.
“Sudah puluhan tahun saya tinggal di sini, ini baru pernah,” katanya.
Disampaikan, Jumat pagi sempat terjadi pergerakan tanah di beberapa titik. Namun, frekuensinya tidak sebesar yang sebelumnya.
“Tadi (Jumat, red) pagi ada pergerakan lagi, sekitar jam 8 pagi,” ujarnya.
Pantauan di lokasi, beberapa tebing mengalami longsor. Bahkan ada material yang menabrak tembok rumah sampai jebol. Kondisi di wilayah dusun lima relatif sepi. Karena sebagian besar warga berada di pengungsian. Beberapa laki-laki dewasa sedang beberes rumah yang rusak dan menebang pohon yang potensi menimpa rumah.