SERAYUNEWS – Lari sebagai aktivitas olahraga memang sedang nge-hype banget sekarang. Media sosial penuh dengan postingan orang-orang berlari, mulai dari maraton hingga sekedar joging pagi.
Banyak yang jadi ikut-ikutan FOMO (Fear of Missing Out) karena nggak mau ketinggalan tren sehat ini.
Tapi, biar nggak cuma sekadar FOMO dan berhenti di tengah jalan, gimana sih caranya biar bisa konsisten lari? Yuk, simak beberapa tips berikut!
Pemanasan statis (seperti berdiri sambil merentangkan otot) kurang efektif dibanding pemanasan dinamis. Pemanasan dinamis melibatkan gerakan yang membantu mengaktifkan otot dan meningkatkan aliran darah.
Contohnya, angkat lutut tinggi-tinggi sambil berjalan di tempat atau sebelum lari, lakukan jalan cepat atau joging pelan selama 5–10 menit untuk mempersiapkan tubuh.
Setelah pemanasan, jangan langsung lari dengan kecepatan tinggi. Mulailah dengan lari santai atau joging pelan, sekitar 60–70% dari kecepatan maksimal kamu.
Ini akan membuat otot lebih siap untuk meningkatkan intensitas.
Pastikan kamu bernapas dalam ritme yang teratur. Sebaiknya gunakan metode napas perut (diafragma), bukan napas dada yang lebih dangkal.
Cobalah bernapas setiap 2–3 langkah, misalnya dua langkah untuk menarik napas, dua langkah untuk menghembuskan.
Bernapas melalui mulut dan hidung sekaligus akan memastikan aliran oksigen yang lebih baik ke tubuh.
Pastikan tubuh tetap tegak saat berlari, jangan terlalu membungkuk atau condong ke depan. Punggung lurus, bahu rileks, dan pandangan ke depan, bukan ke bawah.
Gerakkan lengan dengan rileks, seirama dengan langkah kaki, ini bisa membantu menjaga keseimbangan dan ritme lari.
Setelah lari, lakukan peregangan otot untuk membantu pemulihan dan mencegah otot kaku.
Sebelum kamu mulai lari, penting banget untuk tahu kenapa kamu ingin melakukannya. Apakah untuk meningkatkan kebugaran, menurunkan berat badan, atau sekadar me-time sambil menikmati udara segar?
Ketika kamu punya tujuan yang jelas, motivasi akan lebih kuat dan nggak gampang hilang saat rasa malas datang.
Target yang terlalu ambisius malah bisa bikin kamu kewalahan dan akhirnya menyerah. Kalau kamu baru mulai lari, jangan langsung pasang target maraton 10 km dalam seminggu.
Mulailah dengan yang ringan dulu, misalnya lari 2 km, lalu tingkatkan secara bertahap. Dengan pencapaian kecil, kamu akan lebih termotivasi karena merasa ada progres yang nyata.
Jangan cuma lari ketika semangat. Buat jadwal lari yang spesifik, misalnya lari tiga kali seminggu pada pagi atau sore hari.
Anggap ini sebagai “janji” pada diri sendiri yang harus ditepati. Konsistensi adalah kunci supaya lari jadi kebiasaan, bukan sekadar agenda dadakan.
Lari sendirian memang seru, tapi lari bareng teman bisa bikin kamu lebih berkomitmen. Cari teman atau gabung ke komunitas lari.
Mereka bisa jadi motivator saat kamu mulai malas. Selain itu, teman lari bisa memberikan semangat ekstra dan suasana kompetitif yang sehat tanpa bikin stres.
Ada banyak aplikasi lari seperti Strava atau Nike Run Club yang bisa membantumu memantau progres.
Dengan melihat data seperti jarak, kecepatan, dan kalori yang terbakar, kamu bisa lebih termotivasi. Apalagi kalau ada fitur komunitasnya, kamu bisa saling memberi dukungan dengan pengguna lain.
Jadi, jangan cuma ikut-ikutan FOMO, ya! Dengan tips di atas, kamu bisa tetap konsisten lari dan menjadikannya sebagai gaya hidup sehat yang nyaman.***