SERAYUNEWS– Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara mencatat, dalam triwulan IV tahun 2023, terdapat 86.750 warga Banjarnegara terkena hipertensi. Penderita darah tinggi tersebut, tersebar di 35 wilayah Puskesmas se Banjarnegara.
Kepala DKK Banjarnegara, dr. Latifa Hesti Purwaningtyas mengatakan, hipertensi menjadi salah satu masalah kesehatan utama masyarakat di penjuru dunia. Berawal dari kondisi yang sering kali abai, sebagian besar orang yang merasa tidak memiliki keluhan.
Namun sesungguhnya, menjadi sumber komplikasi kesehatan yang lebih fatal untuk organ vital seperti otak, jantung, maupun ginjal.
“Hipertensi masih menjadi faktor risiko utama penyebab stroke, perdarahan, penyakit jantung koroner, gagal jantung, ginjal kronik, bahkan kematian dini,” katanya, Kamis (28/12/2023).
Hipertensi akrab dengan sebutan ‘Si Pembunuh Senyap’ atau ‘The Silent Killer’. Menurut Hesti, DKK telah melakukan berbagai upaya dalam pencegahan dan pengendalian kasus hipertensi.
Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan, telah melakukan Pelayanan Kesehatan Pada Penderita Hipertensi sesuai standar. Hal ini sebagaimana amanah dari Permenkesh No. 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Minimal Bidang Kesehatan.
“Upaya kita di antaranya pengukuran tekanan darah, minimal satu kali setahun di fasilitas pelayanan kesehatan. Kemudian edukasi perubahan gaya hidup sehat, kepatuhan minum obat, dan pengelolaan farmakologis,” katanya.
Upaya pelayanan kesehatan pada penderita hipertensi sesuai standar, harus tercapai 100% dalam kurun waktu satu tahun. Sampai dengan Triwulan IV tahun 2023, Kabupaten Banjarnegara telah mencapai 100%.
DKK dalam hal ini juga mendorong dan membuat rekomendasi kepada Puskesmas, agar melakukan advokasi dan sosialisasi. Bisa melalui Pemdes, instansi, maupun sekolah-sekolah.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Abidin Achmad mengatakan, upaya lainnya di antaranya meningkatkan promotive, preventif, kuratif dan rehabilitative di FKTP. Atau melalui jejaring pelayanan kesehatan swasta dan puskesmas dalam melaksanakan PANDU PTM.
“Kita jalin kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam menerapkan pola hidup CERDIK dan PATUH. Bekerjasama dengan kader untuk melaksanakan deteksi dini, preventif di masyarakat,” katanya.
Selain itu, dinas juga melakukan monitoring capaian kinerja secara berkala. Sehingga apabila ada permasalahan atau capaian yang tidak tercapai, dapat segera intervensi termasuk melakukan bimbingan teknis.
Menurut Abidin, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, tercatat kenaikan angka kejadian kasus hipertensi di Indonesia menjadi 34,11% dari 25,8% pada tahun 2013.
Hipertensi terjadi ketika tekanan darah seseorang terdeteksi > 140/90 mmHg pada 2 kali pemeriksaan berbeda. Pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan (Puskesmas), dengan menggunakan alat ukur tekanan darah yang sudah tervalidasi.
Di tahun 2022, estimasi penduduk berisiko hipertensi sebanyak 325.625, dan 245.911 (75%) sudah mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
Solusinya, hipertensi dapat di cegah dengan peningkatan kualitas hidup. Hipertensi yang terkelola dengan baik, dapat mencegah dan menurunkan risiko kesakitan, komplikasi, bahkan risiko kematian dini. Upaya ini dapat tercapai dengan modifikasi gaya hidup, serta pemberian terapi obat rutin.
Kemudian konsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang, pola makan dengan meningkatkan konsumsi buah, sayur, dan konsumsi rendah lemak.
Selain itu membatasi konsumsi natrium, maksimal 1 sendok teh garam atau setara 5 gram garam dapur dalam sehari. Hindari alkohol, tetap mempertahankan berat badan ideal.
“Berhenti merokok dan membiasakan untuk beraktivitas fisik teratur, yaitu dengan berolahraga bersifat aerobik minimal 30 menit per hari dengan frekuensi 5x dalam seminggu,” katanya.