SERAYUNEWS- Banjarnegara menjadi sebuah daerah kabupaten pada tanggal 26 Februari 1571. Tanggal tersebut, bertepatan dengan pembagian wilayah Wirasaba menjadi empat oleh Joko Kaiman.
Data tersebut, akhirnya mengubah peringatan Hari Jadi Banjarnegara yang sebelum tahun 2020 setiap tanggal 22 Agustus.
Perubahan hari jadi ini tertuang dalam Perda No 6 tahun 2019, tentang Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara. Hal ini berdasar sejarah peristiwa pembagian wilayah Wirasaba menjadi 4 wilayah oleh Joko Kaiman, pada 26 Februari tahun 1571.
Jika sebelumnya peringatan Hari Jadi Banjarnegara setiap tanggal 22 Agustus, kini berubah menjadi 26 Februari.
Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia, Heni Purwono menyampaikan, hari jadi yang lama atau 22 Agustus berpijak pada pengangkatan Dipayudha IV oleh pemerintah Kolonial Belanda. Pengangkatan itu, sebagai balas budi atas perannya membantu memerangi pasukan Diponegoro.
Menurut Heni Purwono, sejarah bermula dari Kabupaten Wirasaba yang saat itu berada di bawah pimpin Adipati Wirasaba VI, pada masa Kesultanan Pajang.
Kemudian, terjadi kesalahpahaman antara Adipati Wirasaba dengan Sultan Hadiwijaya dari Pajang.
“Masalah tersebut berakhir dengan terbunuhnya Adipati Wirasaba. Setelah itu, Sultan Hadiwijaya yang sadar tindakannya salah, lantas memanggil ahli waris Adipati Wirasaba,” katanya.
Dari anak keturunan mendiang Adipati Wirasaba, hanya Joko Kaiman yang berani memenuhi panggilan tersebut. Sesampainya di Pajang, Joko Kaiman menjadi penguasa baru di wilayah Wirasaba dengan gelar Adipati Warga Utama II atau Adipati Wirasaba ke-7.
Joko Kaiman kemudian membagi wilayah Wirasaba yang luas menjadi empat. Banjar Pertambakan di bawah pimpinan Kiai Ngabehi Wirayuda, Merden oleh Kiai Ngabehi Wirakusuma, Wirasaba Kiai Ngabehi Wargawijaya, dan Kejawar oleh Joko Kaiman.
“Wilayah Banjar Pertambakan itulah yang di kemudian hari menjadi Kabupaten Banjarnegara. Peristiwa pembagian wilayah Wirasaba menjadi empat, terjadi pada 26 Februari 1571. Karena itu, tanggal tersebut menjadi Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara,” katanya.
Menurut Heni, selain nilai sejarah asal muasal kabupaten Banjarnegara, ada pesan moralnya. Etika tahu diri. Jaka Kaiman yang berstatus sebagai anak mantu dari Wargo Hutomo Adipati Wirasaba VI, membagi wilayah untuk tiga saudaranya yang lain.
“Beliau sadar diri dan berbagi kepada saudara yang lain. Ini perlu untuk generasi muda saat ini,” katanya.
Guru SMPN 1 Wanadadi, Eko Hendro Purwanto menyampaikan, penjelasan tentang sejarah Kabupaten Banjarnegara ini sangat penting.
“Bangsa yang maju dan beradab tidak akan pernah meninggalkan budaya dan adat istiadatnya. Jas Merah, Jangan Sesekali melupakan sejarah,” katanya.