SERAYUNEWS – Sejak tahun 1960-an, seorang profesor bernama Sedyatmo mencetuskan konsep Tri Nusa Bimasakti, atau interkoneksi antar 3 pulau yakni Jawa-Sumatera-Bali.
Konsep ini kemudian ditindaklanjuti Presiden Soeharto mulai Juni 1980.
Sampai sekarang proyek tersebut belum terealisasi. Bahkan Jembatan Suramadu lebih dahulu selesai.
Padahal jarak titik terdekat antara pulau Bali dan Jawa kurang lebih hanya sekitar 4000 meter, lebih pendek dari jarak jembatan Suramadu yang hampir mencapai 6000 meter.
Rupanya ada alasan berkaitan kepercayaan masyarakat Bali. Ide ini ditolak oleh PDHI (Persatuan Hindu Dharma Indonesia) Alasannya karena dalam mitologi dayang Sidi Mantra (Legenda Empu Sidi Mantra), pulau Jawa dan Bali itu memang sengaja untuk dipisahkan.
Pada 2012 silam, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengusulkan kembali untuk membangun jembatan Selat Bali dengan panjang 39 km.
Tujuannya dibangunnya jembatan ini adalah untuk memperlancar laju ekonomi masyarakat.
Kembali usulan tersebut ditolak PDHi Jembrana. Masyarakat Bali memang sangat menghormati sejarah, tradisi, dan mitologinya.
Merujuk pada konstruksi jembatan yang nantinya akan lebih tinggi karena ombak di selat Bali cukup besar dan tinggi, masyarakat Bali meyakini jika bangunan yang dibangun tidak boleh lebih tinggi dari Padmasana, yaitu tempat sembahyang atau menaruh sesaji bagi umat Hindu.
Terbaru, muncul juga isu rencana pembangunan tol kaca bawah laut yang menghubungkan Jawa-Bali.
Gubernur Bali Wayan Koster mengaku belum mengetahui rencana pembangunan jalan tol tersebut.
Tetapi, dia menegaskan menolak jika jembatan penghubung Jawa-Bali itu benar-benar dibangun.
“Saya belum tahu. Tapi kalau jembatan Jawa-Bali, saya tolak!” tegas Koster di kantor DPRD Bali, Senin (17/7/2023).*** (O Gozali)