SERAYUNEWS– Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah terbilang masih tinggi. Bahkan, terjadi peningkatan kasus antara tahun 2021 dan 2022. Peningkatan kasus itu menyebabkan Kabupaten Banyumas menempati urutan kedua di Provinsi Jawa Tengah.
Penjabat (Pj) Bupati Banyumas, Hanung Cahyo Saputro menyebutkan, tiga hal menjadi fokus perhatiannya, seperti prevelensi balita stunting, kematian ibu melahirkan dan kematian bayi di Kabupaten Banyumas. “Tiga hal itu yang menjadi satu paket yang perlu ditekan, agar angkanya terus menurun,” ungkapnya.
Pj Bupati Banyumas menyampaikan hal itu saat Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-59 Tingkat Kabupaten Banyumas di Kompleks Mandala Wisata Baturraden, Senin (13/11/2023). Turut serta jajaran Dinas Kesehatan (Dinkes), Kepala Puskesmas, para Direktur Rumah Sakit, dan perwakilan Organisasi Profesi di bidang kesehatan.
Lebih lanjut Hanung membeberkan, Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Satria ini mengalami kenaikan dari 219 kasus pada tahun 2021, menjadi 229 kasus pada tahun 2022. Dengan angka itu, posisi Kabupaten Banyumas berada di urutan kedua di Provinsi Jawa Tengah.
Sementara Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Banyumas berangsur-angsur turun. Dari sebelumnya 44 kasus pada tahun 2021, menjadi 24 kasus pada tahun 2022. Dengan angka tersebut Kabupaten Banyumas berada di posisi keempat kasus AKI di Provinsi Jawa Tengah.
“Semua harus waspada, dan saya minta semua pihak terkait kesehatan ibu dan anak bisa mengambil langkah-langkah antisipatif menekan AKI dan AKB. Mari ciptakaan generasi muda yang sehat sebagai bagian dari upaya kita bersama mewujudkan Indonesia Maju,” pintanya.
Selain AKI dan AKB, prevelensi balita stunting juga menjadi catatannya. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevelensi balita stunting Kabupaten Banyumas menurun dari 21,6 persen pada tahun 2021 menjadi 16,16 persen pada tahun 2022.
Namun, Kabupaten Banyumas masih berada di urutan nomor 11 di Jawa Tengah untuk kasus stunting. “Maka dari itu kita harus selesaikan dengan serius persoalan stunting ini untuk mencapai target nasional sebesar 14 persen pada tahun 2024 nanti,” katanya.
Hanung meminta kepada seluruh tim penggerak PKK di Banyumas untuk memaksimalkan peran kader PKK hingga ke tingkat dasa wisma. Perlu edukasi remaja dan orangtuanya dalam rangka pendewasaan usia perkawinan serta mengedukasi pasangan usia subur yang belum mengikuti program Keluarga Berencana (KB).
Selain itu, gerakan ayo ke Posyandu dan Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB) agar ditingkatkan untuk memantau tumbuh kembang balita, deteksi dini stunting dan penyakit penyerta pada bayi baru lahir.
Dia menambahkan bahwa yang tidak kalah penting adalah meningkatkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bergizi yang murah dan mudah didapat dan yang terakhir mengoptimalkan kerja tim pendamping keluarga.