SERAYUNEWS – Spektrum kelompok politik Islam terbelah menjadi dua, kelompok Islam tradisional dan kelompok Islam Konservatif Kanan. Keduanya memiliki ideologi yang sangat berbeda.
Dipilihnya Cak Imin memberi indikasi keinginan Amien bisa meraup suara kelompok Islam tradisional, dalam hal ini dari NU.
Selain itu, dengan menggandeng NU, diharapkan mulai hilang isu politik identitas
Tetapi kehadiran Anies dan Cak Imin sebagai saksi beberapa waktu lalu di pernikahan putri Rizieq Shihab, mantan ketua Front Pembela Islam (FPI) jelas menimbulkan spekulasi publik.
Anies diduga juga ingin merangkul kelompok ini. Awalnya juru bicara Anies Baswedan, Angga Putra Fidrian, membantah tudingan Anies-Muhaimin memiliki motif politik apapun saat menghadiri acara pernikahan putri Rizieq Shihab.
Tetapi belakangan, secara terbuka Rizieq mendukung Forum Ijtima Ulama yang menyatakan akan memenangkan pasangan Amin di pilpres 2024. Ditambah adanya dukungan Usraz Abdul Somad (UAS) usai ditemui Anies di Riau.
Seperti diketahui Anies-Muhaimin telah menandatangani Pakta Integritas dengan forum Ijtima Ulama pada 1 Desember 2023.
Apakah ini adalah upaya Anies menyatukan dua Kelompok Islam tersebut agar bisa mendongkrak elektabilitas.
Fakta lapangan berbagai survei belum berpengaruh menaikan elektabilitas pasangan ini.
Mungkin benar yang dikatakan Pakar gerakan sosial dan sosiologi politik Universitas Muhammadiyah Malang, Wahyudi Winarjo, bahwa masyarakat Indonesia nyaman pada ideologi politik tengah, yakni nasionalis atau orang yang bisa merangkul kanan dan kiri.
Padahal pernyataan Wahyudi ini dilontarkan jauh sebelum Pilpres, yaitu pada taggal 16 September 2022, saat berdeedarkan Tablois Anies di Masjid Al-Amin, Sukun, Kota Malang.
Wahyudu berkeyakinan Anies bisa tetap dapat suara pemilih dari kelompok Islam, “Sedangkan, orang Indonesia lebih asyik apa bila presidennya bisa merangkul kanan dan kiri,” ujarnya.*** (O Gozali)