SERAYUNEWS –Nama Wirda Mansur, putri dari Ustadz Yusuf Mansur, belakangan ini menjadi perbincangan hangat di media sosial, terutama di platform Twitter (X).
Hal ini bermula dari unggahan salah satu anggota komunitas MAB (Millennial Anti Bokek) yang secara terbuka menagih utang kepada Wirda Mansur.
Tagihan tersebut bernilai cukup besar, dan sejak viral, semakin banyak orang yang mempertanyakan tentang keberadaan bisnis ini serta kontroversi yang menyelimutinya.
Kasus ini pertama kali mencuat melalui cuitan akun Twitter @basoikangrobak, yang mengunggah surat terbuka untuk Wirda Mansur.
Dalam unggahan tersebut, ia meminta Wirda segera melunasi utangnya. Ia juga mengaku telah berulang kali mencoba menghubungi Wirda secara pribadi, tetapi tidak mendapatkan respons.
Karena merasa diabaikan, ia akhirnya memilih untuk memviralkan masalah ini di media sosial.
Respons netizen pun beragam. Banyak yang ikut berkomentar dan mengaku mengalami nasib serupa sebagai anggota komunitas MAB.
Tidak sedikit yang mempertanyakan transparansi bisnis yang dijalankan oleh Wirda.
Millennial Anti Bokek (MAB) adalah bisnis yang didirikan oleh Wirda Mansur pada tahun 2020, bertepatan dengan masa pandemi Covid-19.
Konsep bisnis ini adalah program reseller dan dropship, di mana anggota yang bergabung dapat memperoleh komisi dari penjualan produk.
Produk yang ditawarkan cukup beragam, mulai dari buku karya Wirda Mansur, kaos, hingga produk kecantikan seperti facemist.
Wirda juga menyebut dirinya sebagai “Presiden MAB” melalui akun Instagram resmi komunitas ini, @millenialantibokek.indonesia.
Menurut informasi yang beredar, untuk menjadi anggota komunitas MAB, seseorang harus membayar biaya keanggotaan sebesar Rp100.000.
Dengan jumlah anggota yang diperkirakan mencapai sekitar 90.000 orang, dana yang terkumpul tentu cukup besar.
N amun, komunitas ini mendadak tidak aktif selama hampir dua tahun, dan banyak anggota yang merasa ditinggalkan tanpa kejelasan.
Dalam unggahannya, @basoikangrobak menulis, “Surat terbuka untuk saudari WIRDA MANSUR / WIRDA SALAMAH ULYA. Tolong dibayar hutangnya ka. Maaf saya viralkan karena kamu diingetin personal kaga digubris.”
Cuitan ini semakin memicu perhatian publik karena banyak netizen yang menyadari bahwa Wirda terlihat menjalani gaya hidup mewah, seperti bepergian ke berbagai negara dan membeli produk-produk mahal, sementara anggota komunitasnya merasa dirugikan.
Viralnya kasus ini membuat banyak orang menghubungkannya dengan kasus serupa yang pernah melibatkan ayah Wirda, Ustadz Yusuf Mansur, seperti yang terjadi pada PayTren.
Beberapa netizen bahkan menyamakan pola bisnis MAB dengan skema ponzi atau money game.
Seorang netizen juga menyoroti bahwa akun resmi komunitas MAB tampaknya sudah tidak aktif dalam waktu yang cukup lama.
“Postingan terakhir 2023. Link bio ga bisa dibuka, udah 3 hari dicoba berulang tetep ga bisa,” tulisnya, menegaskan bahwa informasi mengenai komunitas ini semakin sulit diakses.
Hingga saat ini, Wirda Mansur belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai tuntutan yang diajukan oleh anggota MAB. Sikap diamnya justru menimbulkan lebih banyak spekulasi di kalangan netizen.
Apakah ini hanya kesalahpahaman, atau ada permasalahan yang lebih besar di balik bisnis komunitas ini?
Kasus ini menjadi pengingat bagi banyak orang agar lebih berhati-hati dalam mengikuti bisnis berbasis komunitas dan memastikan transparansi dari pihak yang menjalankannya.
Perkembangan selanjutnya tentu masih dinantikan oleh publik, terutama mereka yang merasa dirugikan oleh sistem bisnis MAB.
***