SERAYUNEWS- Tagar #KaburAjaDulu tengah ramai diperbincangkan di berbagai platform media sosial, khususnya di X yang sebelumnya bernama Twitter.
Tren ini tidak sekadar menjadi topik hangat, tetapi juga mencerminkan keresahan banyak warganet yang mempertimbangkan untuk pindah ke luar negeri.
Lalu, apa arti tagar Kabur Aja Dulu? Simak di bawah ini.
Ada beberapa alasan yang mendorong populernya tagar ini.
1. Kesempatan Pendidikan dan Karier di Luar Negeri
Banyak warganet berbagi informasi tentang beasiswa internasional dan lowongan kerja di berbagai negara seperti Jepang, Jerman, Amerika Serikat, dan Australia.
2. Kekecewaan terhadap Kondisi di Indonesia
Sejumlah unggahan mengaitkan #KaburAjaDulu dengan tagar lain seperti #PeringatanDarurat, yang menunjukkan ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah.
Warganet mengeluhkan sulit mendapatkan pendidikan berkualitas, lapangan kerja yang layak, serta tingginya biaya hidup dibandingkan pendapatan.
3. Pengaruh Data Migrasi
Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham, lebih dari 3.912 WNI berusia 25–35 tahun telah memilih menjadi warga negara Singapura antara 2019 hingga 2022.
Sementara itu, ribuan orang menghadiri acara Study and Work Abroad Festival yang menawarkan informasi terkait peluang pendidikan dan karier di luar negeri.
Secara harfiah, kabur berarti pergi atau meninggalkan suatu tempat. Dalam konteks ini, #KaburAjaDulu bermakna sebagai ajakan untuk mengambil jeda dari tekanan hidup di Indonesia-baik dari segi pekerjaan, pendidikan, maupun kondisi sosial.
Lebih dari itu, banyak warganet menggunakan sebagai ungkapan keinginan untuk mencari peluang yang lebih menjanjikan di negara lain, entah melalui beasiswa pendidikan, lowongan kerja, atau bahkan perpindahan kewarganegaraan.
Meski banyak yang mendukung tren ini, ada pula yang meragukan keinginan kabur ke luar negeri. Beberapa alasan yang dikemukakan oleh pihak kontra antara lain.
1. Biaya Hidup yang Lebih Mahal
Meskipun gaji di luar negeri lebih tinggi, harga kebutuhan pokok juga lebih mahal dibandingkan di Indonesia.
2. Faktor Keluarga dan Kenyamanan
Sebagian orang merasa lebih nyaman tinggal di Indonesia karena faktor iklim, budaya, serta kedekatan dengan keluarga.
Namun, banyak ahli berpendapat bahwa tinggal atau bekerja di luar negeri bisa menjadi pengalaman berharga.
Pengamat pendidikan Ina Liem menekankan pentingnya memiliki global dexterity, yaitu kemampuan beradaptasi dengan budaya yang berbeda tanpa kehilangan jati diri.
Kesimpulan
Fenomena #KaburAjaDulu bukan sekadar tren media sosial, tetapi juga refleksi dari harapan banyak masyarakat Indonesia untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Keputusan untuk pindah ke luar negeri memang memiliki tantangan tersendiri, tetapi dengan persiapan matang dan informasi yang tepat, hal ini bisa menjadi peluang besar bagi mereka yang ingin berkembang.
Bagaimana menurut Anda? Apakah Tagar #KaburAjaDulu sekadar tren atau benar-benar menjadi opsi masa depan?