
SERAYUNEWS – Kurator PT Bamas Satria Perkasa (BSP), Aan Rohaeni menyebut, bangunan Eks Moro Purwokerto nantinya bakal menjadi konglomerasi di kota Satria.
“Siapapun yang akan beli tanah eks Moro saya yakin ini konglomerasi baru di Purwokerto. Karena visi bisnisnya pasti bukan hanya beli tanah,” kata Aan, Senin (24/11/2025).
Sampai saat ini, kata Aan, sudah ada tiga pihak yang menghubungi kurator. Ia menegaskan tidak ada praktik suap atau permainan di balik proses penjualan.
“Tidak ada yang namanya uang di bawah meja, semuanya clear. Angka AJB clear, tidak ada kongkalikong dengan calon pembeli mana gitu. Kita ingin laku cepat. Moro ini urusan waktu lah, siapa yang duluan,” katanya.
Aan menegaskan, tidak ada perlakukan khusus bagi siapapun calon pembeli. Semua calon pembeli yang tertarik akan diberikan ruang perlakukan yang sama.
“Bagi kami kurator tidak ada namanya anak emas. Siapapun yang deal duluan harga dan lain-lain kita prioritaskan,” ujarnya.
Aan menilai, Pemda Banyumas sangat welcome, karena ketika eks Bangunan Moro itu kembali ‘hidup’ akan menyerap tenaga kerja dan menjalankan roda perekonomian di Banyumas.
Disinggung mengenai harga penawaran, Aan menyampaikan NJOP aset mencapai Rp205 miliar, harga jual tersebut ditawarkan jauh di bawah NJOP.
“Pokoknya langsung komunikasi dengan kurator. Jangan sampai menyesal keduluan orang,” ujarnya.
Aan menyebut aset seluas 2,5 hektar di tengah Kota Purwokerto itu sebagai aset potensial saat ini.
“Yang paling seksi sekarang aset di Purwokerto adalah eks Tanah Moro. Luas dengan 2,5 hektar di tengah kota Purwokerto mana ada lagi ya kan,” ujar Aan.
Menurutnya, hampir seluruh investor melihat harga aset Moro sangat murah. Bahkan pengusaha lokal pun menganggap statusnya murah, namun masih mempertimbangkan arah bisnis ke depannya.
“Ada yang bilang ‘Murah ya mba, tapi saya beli buat apa’. Jadi ini terkait visi bisnis. Makanya yang ke depan ini adalah konglomerasi nasional, karena ini terkait pula dengan bisnis besar,” kata dia.
Namun demikian, para calon pembeli, ketika akan membeli aset Eks Moro, mereka bukan sekadar membeli lahannya. Investor harus siap menanam modal lanjutan untuk pengembangan.
“Moro itu modalnya bukan cuma belinya, atau beli Moro saja. Tapi bagaimana pengembangan kedepan. Misalkan orang membuat mall, memang ada sejumlah mall yang menjajaki,” katanya.
Ia menyebut telah ada investor yang melakukan studi pasar. Namun meski harga pembelian murah, pengoperasian menjadi pusat perbelanjaan atau rumah sakit membutuhkan modal tambahan sekitar Rp200 miliar.
“Kalau ditanya apakah pengusaha lokal mampu, jelas mampu. Pengusaha lokal yang duitnya banyak juga ya banyak. Cuma mereka rata-rata misalkan sudah sepuh, visi bisnisnya pengen hidup tenang saja,” kata dia.
Aan menambahkan, mengenai sengketa atau ketidakpastian kepemilikan lahan Moro yang ramai di media sosial.
“Isu muncul di sosmed bahwa itu bukan tanah milik, itu menyesatkan. Saya clearkan bahwa itu menyesatkan. Bahwa Moro itu tidak ada isu tanah. Terkait kepemilikan tanah itu clear, silakan cek sendiri ke BPN, bahwa ini adalah pemilik. Cuma kenapa HGB? Karena pemiliknya badan hukum,” kata dia.