
SERAYUNEWS– Musim penghujan dengan intensitas tinggi yang terjadi beberapa pekan terakhir mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah Kabupaten Cilacap. Kecamatan Wanareja menjadi salah satu daerah terdampak paling besar, terutama pada sektor pertanian. Ratusan hektare sawah terendam dan padi muda yang baru ditanam terancam gagal tumbuh.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap, Sigit Widayanto, menjelaskan bahwa situasi banjir ini harus diwaspadai karena berdampak langsung pada produksi pangan daerah.
“Dampak dari musim penghujan yang akhir-akhir ini intensitasnya sangat tinggi itu berdampak banjir di mana-mana, salah satunya di wilayah Wanareja. Beberapa desa terendam termasuk di dalamnya areal persawahan kita,” ujar Sigit, Selasa (25/11/2025).
Menurutnya, sekitar 530 hektare sawah terendam. Tanaman padi di wilayah ini sebagian besar berumur 7–14 hari setelah tanam, bahkan ada yang masih di tahap pesemaian sehingga rentan mati. “Kalau ini berlarut tanpa surut-surut, ya kemungkinan besar pertanamannya menjadi mati,” tegasnya.

Padahal, target Luas Tambah Tanam (LTT) bulan ini sebenarnya telah menunjukkan capaian positif. Dari target 21 ribu hektare, 14.800 hektare sudah terealisasi. Namun banjir menggerus 530 hektare yang kini belum bisa dipastikan keberlanjutannya.
Meski begitu, Sigit memastikan produksi padi di Cilacap secara umum masih aman. “Produksi padi di Kabupaten Cilacap alhamdulillah masih cukup bagus. Prediksi kami masih bisa surplus 280 ribu sampai 300 ribu ton di tahun 2025,” bebernya.
Selain banjir, longsor yang melanda Cibeunying, Kecamatan Majenang, juga merusak sekitar 2,73 hektare sawah yang ditimbun lumpur. Tanaman di sana juga sekitar dua minggu usia tanam.
Potensi kerugiannya diperkirakan mencapai:
– Rp53 juta per satu musim tanam
– Rp106 juta untuk dua musim tanam
(dengan asumsi 3 ton/ha, harga gabah Rp6.500/kg)
“Separuh jelas tidak bisa digunakan karena kelongsoran lumpur. Kalau di sisi timur masih bisa, tapi lumpurnya tebal banget,” kata Sigit.
Dinas Pertanian kini melakukan inventarisasi kerusakan akibat banjir dan longsor. Pihaknya juga menyiapkan langkah pemulihan berupa:
– Penyediaan benih untuk penanaman ulang
– Perbaikan infrastruktur pertanian
– Koordinasi dengan BBWS mempercepat penanganan tanggul jebol
“Sehingga limpasan air ke wilayah persawahan tidak terjadi lagi dan proses budidaya bisa berjalan lebih lancar,” jelas Sigit.
Kabupaten Cilacap memiliki 66 ribu hektare lahan baku sawah dengan rata-rata IP2 (dua kali tanam dan panen). Ke depan, wilayah potensial akan didorong ke IP3 guna memperkuat ketahanan pangan.
Meski dihantam bencana, Sigit tetap optimistis capaian produksi tidak terganggu signifikan. “Surplus 280 ribu sampai 300 ribu ton masih bisa menutupi dampak banjir ini. Dan kami juga berdoa bersama, mudah-mudahan hujannya tidak lebat seperti kemarin sehingga sawah bisa segera pulih kembali,” katanya.