SERAYUNEWS – Modernisasi dan globalisasi, mengancam tergerusnya kesenian tradisional sebagai kekayaan budaya Tanah Air. Tidak sedikit seni budaya tradisional yang nyaris dan bahkan sudah punah. Hasil karya pikir para leluhur itu, padahal sangat penting seba sebagai gambaran karakteristik masyarakat.
Tradisi dan kebudayaan tradisional, kian menepi seiring kuatnya dorongan dan tekanan tontonan modern. Waktu manusia terkuras oleh hiburan film, sinetron, musik, atau bahkan sosial media. Para pelaku seni dan budaya daerah perlu berfikir keras untuk bertahan.
Trisnanto Budidoyo yang belum lama ini terpilih sebagai Ketua Dewan Kesenian Daerah Kabupaten Purbalingga, merasa tertantang. Tak kalah pentingnya, saat menuangkan ide menjadi karya, dengan mempertahankan suatu karya di zaman sekarang.
“Seni dan budaya merupakan karakter bangsa, menghargai tradisi dan budaya adalah wujud nasionalisme juga, menghargai dan menghormati leluhur kita,” katanya.
Setelah menduduki posisi Ketua Dewan Kesenian, Trisnanto segera tancap gas menyusun struktur kepengurusan. Selanjutnya, dia bersama pengurus lainnya, akan menyusun program kerjanya. Di antaranya, melakukan pertemuan rutin, entah diskusi atau latihan dengan kolaborasi beberapa seni.
“Setelah pengukuhan pengurus, kami tinggal merumuskan program. Salah satunya, saya ingin ada pertemuan rutin antar pegiat seni, sebulan sekali atau selapanan (35 hari sekali, red), sekedar diskusi atau kegiatan latihan bersama, karena sangat mungkin untuk di kolaborasi antara beberapa kesenian,” kata dia.
Trisnanto menambahkan, selain latihan-latihan, dia juga akan berupaya untuk bisa mementaskan. Sebab menjadi hal sia-sia juga latihan tanpa pentas. Pementasan juga sebagai media dan cara untuk menjaga kelestariannya. Sehingga masyarakat dadi generasi ke generasi bisa mengetahui apa yang dimiliki.
“Jadi salah satu rencana saya, pada acara acara seremonial pemerintah bisa mementaskan kesenian lokal. Sebab, itu bagian dari menjaga dan melestarikan budaya,” katanya.