Purwokerto, serayunews.com
“Saya seorang marhaen dan keinginan untuk terus bersama-sama dengan kaum marhaen tak terbendung. Terlebih pada masa Orde Baru, nasib mereka sangat tertindas,” tuturnya mengawali perbincangan, Minggu (18/12/2022).
Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Banyumas ini mengungkapkan sudah ingin berpartai dan pilihannya adalah PDI Perjuangan sejak dulu. Namun, statusnya sebagai PNS membuatnya harus menunda keinginan tersebut. Sebagai dokter, ia sudah terbiasa berinteraksi dengan berbagai kalangan, termasuk wong cilik.
Ketika reformasi bergulir tahun 1998, banyak perubahan yang terjadi dan dr Budhi yang sudah mendekati masa pensiun, mantap mencalonkan diri sebagai anggota DPRD dari PDI Perjuangan. Hanya saja saat mengajukan cuti di luar tanggungan negara, ia tidak mendapatkan izin, sehingga pencalonan pun batal. Hal serupa juga terjadi pada pemilu tahun 2004. Saat itu, dr Budhi sudah masuk dalam daftar calon sementara (DCS), namun kembali tidak bisa melanjutkan pencalonannya.
Pada pemilu tahun 2009, baru ayah tiga anak ini bisa mencalonkan diri dan berhasil masuk DPRD Banyumas dengan duduk di komisi D. Banyak yang dia lakukan selama di komisi D sehingga interaksinya dengan wong cilik semakin intens. Setiap kali mendapatkan pengaduan, dr Budhi selalu menanggapi dengan cepat dan tak jarang pula ia sampai mengunjungi warga yang membutuhkan uluran tangan.
Kiprahnya yang memberikan warna positif di DPRD Banyumas serta komitmen dan dedikasinya terhadap partai besutan Megawati ini, tak luput dari pantauan DPP PDI Perjuangan. Sehingga saat DPC PDI Perjuangan mengalami kekacauan, banyak tarik-ulur kepentingan, hingga menimbulkan bentrok antar kader sendiri, Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati dengan mantap menunjuknya sebagai ketua DPC PDI Perjuangan Banyumas.
“Proses pemilihan ketua DPC pada waktu cukup panjang. Seleksi ketat oleh DPP mulai dari psikotes, tes wawancara, dan lainnya. Setelah itu, para kader diberangkatkan ke Blitar. Sebanyak 15 bus rombongan kami berangkat bersama ke Blitar dan pada saat itu, semua juga belum tahu siapa yang akan jadi ketua DPC,” tuturnya.
Niat tulus dr Budhi untuk mengabdi pada masyarakat melalui jalur politik mendapatkan jalan lebar. DPP mempercayakan tampuk pimpinan tertinggi PDI Perjuangan Banyumas kepadanya. Ia mengaku sempat terharu mendapatkan kepercayaan tersebut, terlebih lagi saat dilantik langsung oleh Puan Maharani di Blitar.
“Saya bersyukur, niat baik saya mendapatkan jalan, tetapi hal ini juga sekaligus tanggung jawab besar, karena pada saat itu PDI Perjuangan Banyumas dalam posisi terpuruk, selalu berkonflik dan perolehan kursi juga menurun. Sehingga era kepemimpinan saya, harus bekerja keras menyatukan mereka, merapatkan barisan dan kembali meraih era keemasan di Banyumas,” ucapnya.
Dengan mengedepankan kepemimpinan yang terbuka terhadap masukan, rajin mengunjungi dan berkoordinasi dengan para tokoh dan sesepuh PDI Perjuangan, serta mengakomodir kader-kader muda, dr Budhi berhasil membawa PDI Perjuangan Banyumas kembali Berjaya. Tahun 2004 PDI Perjuangan meraih 16 kursi di DPRD Banyumas, kemudian pada pemilu 2009 turun menjadi 13 kursi. Setelah masa kepemimpinan dr Budhi, PDI Perjuangan berhasil menambah perolehan kursi menjadi 16 dan terakhir pada pemilu 2019 bertambah menjadi 17 kursi.
Melihat rangkaian perjalanan DPC PDI Perjuangan di bawah kepempinan dr Budhi ini, target menang spektakuler 50 plus 1 dalam pemilu mendatang tampaknya tidak akan sulit diraih. Karena ia berhasil merangkul semua kalangan dari yang muda sampai para sesepuh, dari yang dulunya apatis menjadi peduli kembali dengan PDI Perjuangan, dari yang dulu agresif, menyerang berbagai kebijakan partai, menjadi lebih soft dan mau berbaur. Keberhasilan dr Budhi membangun soliditas partai ini, terlihat jelas dari perolehan suara PDI Perjuangan Banyumas yang terus bertambah.