SERAYUNEWS – Rekrutmen Umum PLN Group 2025 resmi dibuka mulai 1 Oktober hingga 5 Oktober 2025. Simak cara menghitung BMI di rekrutmen PLN 2025.
Pasalnya, periode pendaftaran yang singkat ini hanya bisa dilakukan secara daring melalui portal resmi rekrutmen.pln.co.id.
Jadi, jika Anda tertarik, pastikan jangan sampai melewatkan jadwal tersebut.
Tujuan utama rekrutmen kali ini bukan sekadar menambah jumlah pegawai, melainkan juga memperkuat ketahanan energi nasional serta mendukung visi besar Indonesia Emas 2045.
PLN berupaya menarik talenta muda yang siap berkontribusi pada transformasi energi bersih, pembangunan infrastruktur kelistrikan yang andal, dan digitalisasi sistem kelistrikan.
Kesempatan ini terbuka bagi lulusan Diploma 3 (D3), Sarjana/Diploma 4 (S1/D4), hingga Magister (S2) dari berbagai bidang studi yang relevan.
Beberapa jurusan yang bisa mendaftar di antaranya Administrasi Bisnis, Akuntansi, Teknik Elektro, Teknik Informatika, Teknik Mesin, dan Teknik Sipil untuk D3.
Sementara di jenjang S1/D4 dan S2, jurusan yang dicari lebih beragam, mulai dari Energi Terbarukan, Kesehatan Masyarakat (K3), Komunikasi, Manajemen, Matematika, Psikologi, Sains Data, Teknik Industri, Teknik Kimia, Teknik Lingkungan, hingga Teknik Pertambangan.
Direktur Utama PLN menegaskan bahwa rekrutmen ini adalah ajakan nyata bagi generasi muda Indonesia untuk bergabung dan mengambil bagian dalam misi besar bangsa.
PLN pun menegaskan bahwa tidak ada biaya seleksi maupun pendaftaran, sehingga peserta harus waspada terhadap segala bentuk penipuan yang mengatasnamakan rekrutmen resmi PLN.
Salah satu syarat penting dalam seleksi kesehatan adalah Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh.
PLN menekankan pentingnya BMI karena indikator ini menjadi gambaran kondisi fisik awal peserta.
BMI adalah metode pengukuran yang dikembangkan pada abad ke-19 oleh Adolphe Quetelet.
Hingga kini, BMI masih digunakan secara luas untuk menilai apakah berat badan seseorang proporsional dengan tinggi badannya.
Dengan menghitung BMI, Anda bisa mengetahui apakah tubuh termasuk kategori kurus, ideal, kelebihan berat, atau obesitas.
Menurut standar kesehatan, hasil BMI yang tidak normal dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit seperti hipertensi, diabetes, hingga penyakit jantung.
Itulah mengapa PLN menggunakan BMI sebagai tolok ukur awal untuk menilai kesehatan pelamar.
Ada dua rumus umum untuk menghitung BMI, yaitu dengan metode imperial dan metrik.
1. Menggunakan Rumus Imperial
Rumus ini biasanya digunakan di negara-negara yang masih memakai satuan pound (berat) dan inci (tinggi).
BMI = {berat badan (pound) : (tinggi badan (inci)²)} x 703
Contoh: berat badan 130 pound, tinggi 60 inci.
BMI = (130 ÷ 3.600) x 703 = 25,4
Hasilnya menunjukkan kategori kelebihan berat badan.
2. Menggunakan Rumus Metrik
Rumus ini lebih familiar di Indonesia karena memakai satuan kilogram dan meter.
BMI = berat badan (kg) ÷ (tinggi badan (m)²)
Contoh: berat badan 60 kg, tinggi badan 150 cm (1,5 m).
BMI = 60 ÷ 2,25 = 26,6
Hasil ini juga menunjukkan kategori kelebihan berat badan.
Setelah menghitung, bandingkan hasil dengan klasifikasi umum berikut:
Dalam konteks seleksi kesehatan PLN, BMI normal atau mendekati ideal biasanya menjadi nilai tambah agar Anda lolos tahapan medis.
Perlu diketahui, tes kesehatan PLN tidak hanya menilai dari BMI. Pemeriksaan lain juga meliputi kondisi mata, telinga, tekanan darah, organ dalam, serta kondisi fisik seperti varises atau masalah pencernaan.
Meski begitu, memiliki BMI ideal akan membantu membentuk kesan pertama yang baik di mata tim medis.
BMI bukan sekadar angka, melainkan indikator penting kesehatan Anda.
Bagi pelamar Rekrutmen PLN 2025, menjaga BMI dalam kategori normal bisa menjadi kunci agar lolos tahap seleksi kesehatan.
Dengan periode pendaftaran yang singkat, pastikan Anda sudah siap secara administratif, akademis, maupun fisik.
Jadi, jika Anda berniat bergabung dengan PLN tahun ini, jangan hanya fokus pada dokumen, tetapi juga jaga kondisi tubuh agar tetap fit dan sehat.***