
SERAYUNEWS – Simak cara nonton hujan meteor leonis minorid. Pasalnya, langit malam di bulan Oktober 2025 akan kembali menyuguhkan pertunjukan alam yang memesona.
Setelah sebelumnya kita disuguhi hujan meteor Orionid, kini giliran hujan meteor Leonis Minorid yang siap menyapa para pemburu bintang jatuh.
Walau tidak seaktif Orionid, fenomena ini tetap menarik untuk diamati, terutama bagi Anda yang gemar menikmati keindahan langit malam tanpa harus menggunakan teleskop.
Hujan meteor Leonis Minorid berasal dari sisa-sisa debu komet yang melintasi orbit Bumi dan terbakar di atmosfer, menciptakan garis cahaya cepat di langit yang dikenal sebagai meteor.
Sumbernya berasal dari rasi bintang Leo Minor, yang terletak di belahan langit utara.
Fenomena ini disebut minor karena tingkat aktivitasnya memang tidak setinggi hujan meteor besar lainnya.
Namun, keindahan yang ditawarkan tetap layak dinikmati, terutama karena pergerakan meteornya yang cukup cepat dan bisa tampak sangat terang dalam kondisi langit gelap.
Menurut laporan dari berbagai situs astronomi internasional seperti The Sky Live dan American Meteor Society (AMS), hujan meteor Leonis Minorid berlangsung antara 19 hingga 27 Oktober 2025.
Puncaknya diperkirakan akan terjadi pada malam 24 Oktober 2025, dengan potensi terlihat beberapa jam sebelum dan sesudah tanggal tersebut.
Walau intensitasnya tidak tinggi, sekitar 1–2 meteor per jam dalam kondisi ideal, tetapi bagi para pengamat langit sejati, momen ini tetap punya daya tarik tersendiri.
Pergerakan meteornya bisa mencapai lebih dari 60 kilometer per detik, menghasilkan cahaya yang cepat melesat di langit dan sesekali meninggalkan jejak bercahaya yang memukau.
Waktu terbaik untuk mengamatinya adalah setelah tengah malam hingga menjelang subuh, ketika langit sudah cukup gelap dan rasi Leo Minor mulai naik di ufuk timur laut.
Karena berasal dari belahan langit utara, pengamat di Indonesia bagian utara dan daerah dengan pandangan langit luas akan memiliki peluang lebih baik untuk melihatnya.
Menikmati hujan meteor sebenarnya tidak memerlukan peralatan rumit. Anda bisa menikmatinya dengan mata telanjang.
Namun, ada beberapa hal penting yang sebaiknya disiapkan agar pengalaman Anda makin maksimal:
Dengan persiapan sederhana ini, Anda bisa menikmati pertunjukan langit yang memikat tanpa biaya mahal, hanya bermodal waktu dan rasa ingin tahu.
Sebagai perbandingan, NASA menjelaskan bahwa ada pula fenomena bernama hujan meteor Leonid, yang puncaknya terjadi setiap pertengahan November.
“Hujan meteor Leonid mencapai puncaknya pada pertengahan bulan November dengan rata-rata 15 meteor per jam, namun kadang bisa berubah menjadi badai meteor dengan ratusan bahkan ribuan meteor per jam,” tulis NASA.
Leonid dikenal dengan kecepatan meteornya yang sangat tinggi, mencapai 71 kilometer per detik dan kadang menampilkan meteor warna-warni yang indah.
Peristiwa luar biasa pernah terjadi pada tahun 1966, ketika ribuan meteor terlihat dalam waktu kurang dari 15 menit. Fenomena serupa sempat terjadi lagi pada tahun 1999 dan 2001.
Walau berbeda dengan Leonid, hujan meteor Leonis Minorid tetap menawarkan keindahan tersendiri, lebih tenang, lebih lembut, tapi tetap memukau bagi siapa pun yang sabar menunggu “bintang jatuh” melintas di langit malam.
Hujan meteor Leonis Minorid bisa menjadi momen yang menenangkan sekaligus reflektif.
Bagi sebagian orang, melihat meteor melintas bukan sekadar pengalaman visual, tapi juga simbol harapan.
Banyak budaya percaya bahwa saat melihat bintang jatuh, Anda bisa membuat sebuah harapan rahasia. Fenomena ini juga bisa menjadi ajang edukatif.
Bagi Anda yang membawa anak atau teman, ini waktu yang tepat untuk mengenalkan keindahan langit malam dan pentingnya menjaga lingkungan agar polusi cahaya tak menghalangi pemandangan langit alami kita.
Jika Anda mencari alasan untuk menatap langit di malam yang sepi, hujan meteor Leonis Minorid bisa jadi pilihan tepat.
Catat tanggalnya, 24 Oktober 2025, siapkan jaket hangat, cari lokasi yang gelap, dan nikmati setiap detik saat bintang jatuh menari di langit malam.
Fenomena ini mungkin tidak heboh seperti Leonid atau Perseid, tapi justru di situlah pesonanya.
Dalam keheningan malam, ketika satu cahaya melintas cepat di atas kepala, Anda akan sadar betapa luas dan indahnya alam semesta ini.***