Ini adalah cerita rakyat yang berkembang tentang Kerajaan Nusatembini, kerajaan di masa lalu. Kerajaan ini juga disebut sebagai kerajaan siluman. Kerajaan ada di Cilacap selatan, berhadapan dengan Pulau Nusakambangan. Kerajaan Nusatembini dikelilingi bambu lapis tujuh.
Bambu itu seperti menjadi tembok yang tebal. Imbasnya, tak ada yang bisa menembus Kerajaan Nusatembini. Konon ceritanya, Kerajaan Nusatembini dipimpin oleh ratu cantik bernama Ratu Brantarara. Sang Ratu ini memiliki kuda sembrani yang bisa terbang.
Karena kecantikannya, Sang Ratu sangat disukai oleh para raja. Namun, sulitnya masuk ke Nusatembini membuat hasrat para raja untuk mempersunting Ratu Brantarara selalu gagal.
Di sisi lain, ada juga Kerajaan Balus Pakuan Pajajaran yang ada di sebelah barat Nusatembini. Konon ceritanya, di masa itu ada wabah yang menyerang Kerajaan Balus Pakuan Pajajaran. Wabah itu telah merenggut banyak nyawa rakyat Kerajaan Balus Pakuan Pajajaran.
Wabah itulah yang membuat sang raja yakni Prabu Permana Dikusuma murung. Menjadi lebih murung karena putri Prabu juga terkena wabah itu. Lalu, ada kabar dari seorang pandita jika wabah yang diderita sang putri akan hilang dengan air mata kuda sembrani.
Seperti diketahui, kuda sembrani itulah yang merupakan milik dari Ratu Kerajaan Nusatembini. Singkat cerita, Prabu Permana Dikusuma mengutus banyak pasukan untuk bisa mendapatkan air mata kuda sembrani.
Memasuki Kerajaan Nusatembini yang dipagari bambu berlapis memang tidak mudah. Sampai akhirnya, utusan dari Kerajaan Balus Pakuan Pajajaran mendapatkan ilham. Para prajurit diminta menyebar uang emas di bambu-bambu itu.
Uang emas tersebut membuat rakyat Nusatembini keranjingan untuk mendapatkannya. Imbasnya, rakyat Nusatembini membabati bambu untuk bisa mendapatkan uang emas. Akhirnya, Nusatembini bisa dikuasai.
Tapi, begitu dikuasasi, Raja Nusatembini yakni Ratu Brantarara melarikan diri bersama kuda sembraninya. Patih Harya Tilandanu yang menjadi pemimpin penyerangan ke Nusatembini mampu masuk istana. Tapi, di situ dia malah tersilaukan oleh wanita cantik.
Sang patih pun mengejar wanita itu. Sayangnya, sang wanita itu menjadi golek emas yang berkilauan. Hal itulah yang membuat Patih Harya Tilandanu buta. Sang patih dan utusan lainnya gagal mendapatkan air mata kuda sembrani. Mereka pun tak berani kembali ke Kerajaan Balus Pakuan Pajajaran.
Konon, Kerajaan Nusatembini itu kini menjadi kompleks Pelabuhan Cilacap, di tepi sebelah timur Bengawan Donan tak jauh dari Dermaga Pertamina dan Dermaga Tambatan 1 Pelabuhan Cilacap. Tempat tersebut sangat angker dan wingit. Tempat itu disebut masyarakat sebagai “Dermaga Buntung”.
Sumber: Suryo Handono, Kerajaan Nusatembini (dalam buku; Cerita Rakyat Jawa Tengah: Kabupaten Cilacap)