Perpolitikan Indonesia ada kalanya dikaitkan dengan hal-hal mistis. Hal mistis kadang dipercaya sebagai penopang kekuasan. Salah satu cerita terkait hal mistis itu terjadi di masa Presiden Soeharto. Sosok yang kental “membantu” Presiden Soeharto terkait mistis ini adalah jenderal TNI Soedjono Humardani.
Diketahui pangkat terakhir Humardani adalah Mayor Jenderal. Dia adalah asisten pribadi Soeharto pada 1966. Banyak pihak yang menilai bahwa Humardani adalah orang yang dimintai saran terkait hal mistik oleh Presiden Soeharto. Namun dalam sebuah keterangan, Presiden Soeharto menolak dan mengatakan justru Humardani yang selalu aktif mendekatinya terkait hal mistis.
Ceritanya, dalam kondisi yang memerlukan ketegasan politis dari Presiden Soehartio, Humardani membentuk kelompok yang terdiri atas tentara dan paranormal. Tim itu diminta untuk pergi ke pesisir Nusakambangan.
Di lepas pantai selatan Jawa itu, tim tersebut diminta mengambil sekar wijayakusuma atau bunga kemenangan. Bunga tersebut diyakini hanya berbunga setahun sekali. Sudah sejak berabad-abad, bunga itu digunakan para raja-raja Jawa untuk menopang kekuasaan.
Untuk menopang kekuasaan Soeharto juga, pengikut Soeharto melakukan langkah-langkah mistik. Langkah yang dilakukan adalah mengantar sesaji dalam kurun waktu tertentu. Sesaji tersebut diberikan ke Gunung Merapi, Gunung Lawu, Pantai Parangtritis, dan Gunung Srandil yang ada di Cilacap.
Tempat-tempat tersebut diyakini memiliki kekuatan supranatural. Misalnya, Gunung Srandil diyakini sebagai tempat bersemayamnya Semar, nenek moyang ras Jawa.
Tentu saja langkah-langkah mistis di masa Presiden Soeharto ada juga yang menyangkalnya. Namun, dari buku dan karya ilmiah, mistis politik di masa Presiden Soeharto itu ada.
Seperti diketahui, Soeharto adalah orang Jawa. Dia menjadi Presiden Indonesia dalam kurun waktu 32 tahun. Masa kepemimpinannya berhenti di masa 1998. Saat itu gelombang Reformasi telah membuat Soeharto lengser.
Referensi:
John Pamberton: On the Subject of “Java”
Jusuf Wanandi: Shades of Grey: A Political Memoir of Modern Indonesia, 1965-1998
Bahaudin: Mistik dan Politik, Praktek Perdukunan Dalam Politik Indonesia