SERAYUNEWS– Selama bertahun-tahun sebagian petani di wilayah Desa Kalijaran Kecamatan Maos Cilacap, hanya bergantung kepada air hujan. Puluhan hektar sawah tadah hujan di wilayah itu pun, tidak teraliri irigasi. Karena lokasinya lebih tinggi, dari lahan pertanian lainnya.
Kondisi sawah pun nampak gersang dan kering, serta terlihat keretakan tanah ketika musim kemarau. Padahal hanya berjarak beberapa ratus meter dari lokasi itu, terdapat lahan hijau pertanian yang teraliri irigasi.
Petani Kalijaran ini pun, harus memutar otak untuk mendapatkan air agar lahan sawah dapat di garap seperti sawah lainnya. Karena tak ada irigasi, petani terpaksa harus menyedot air sungai menggunakan pompa, sehingga harus menambah ongkos produksi yang terbilang tak sedikit jumlahnya.
“Iya memang sawah kita kondisinya lebih tinggi dan tidak teraliri irigasi, jadi kalau tidak ada hujan seperti saat ini, biasanya kita sedot air dari sungai sekitar. Paling tidak untuk ongkos BMM dari mulai garap sampai panen, sekitar Rp 1 juta,” ujar Jumiati (50) kepada serayunews.com, Sabtu (4/11/2023).
Seiring dengan berjalannya waktu, petani Kalijaran mulai bernafas lega. Teknologi inovasi terbarukan penyediaan akses irigasi pertanian, melalui sumur bor dengan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) masuk ke wilayah tersebut dan sudah beroperasi sekitar dua tahun ini.
“Hadirnya PLTS sedikit membantu petani di sini, namun belum optimal karena masih terbatas. Kalau musim kering, kita bisa manfaatkan untuk mengairi tanaman holtik seperti cabai, terong dan nanti rencananya akan tambah melon dan semangka,” imbuhnya.
Hal serupa juga di rasakan Arjo Suwito (70) petani Desa Kalijaran. Sebelum penyedotan air maupun dengan sumur bor PLTS, sawahnya hanya bisa dia garap setahun sekali ketika musim hujan tiba.
“Dulu bisa garap dan panen setahun sekali, kesulitan air ini sudah puluhan tahun sejak sekitar tahun 1970. Untuk operasional BBM menyedot air biasanya Rp 70 ribu sehari, mudah mudahan dengan PLTS ini dapat mengurangi biaya produksi. Kalau bisa jumlahnya di perbanyak, karena saya sendiri juga menggarapnya seperempat hektar, jadi butuh banyak air,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap, Susilan menyampaikan, bahwa Kabupaten Cilacap sebagai penyangga lumbung pangan nasional dan Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan Kecamatan Maos, merupakan salah satu daerah sentra pertanian produktif di Cilacap.
“Luas lahan pertanian di Cilacap sekitar 64 ribu hektar. Dengan pertanian berkelanjutan ini indeks tanamnya bisa meningkat panen tiga kali. Kalau Kecamatan Maos di tahun 2023 ini, sudah 1022 hektar dan Kalijaran ada 186 hektar. Di harapkan tahun 2024, meningkat dua kali lipat sesuai target,” ujar Susilan.
PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), turut membantu mengatasi keterbatasan akses irigasi pertanian tadah hujan. Program Desa Energi Berdikari Kalijaran yang berbasis pada pengelolaan integrated farming, berbasis Energi Baru dan Terbarukan.
Untuk Desa Kalijaran ini, KPI memberikan dukungan melalui pemberdayaan ekonomi pertanian berbasis energi baru terbarukan dengan program TJSL bertajuk “Masyarakat Pengelola Pertanian Berkelanjutan” atau di sebut MAPAN, senilai lebih dari Rp270 juta.
KPI memberikan dukungan Pembangkit Tenaga Surya (PLTS), sebesar 9.700 wattpeak (WP) yang dapat meningkatkan jumlah debit air untuk pengairan hingga 117.600 liter per hari dan produksi pupuk organik 70 kg per hari.
“Selanjutnya meningkatkan siklus panen, dari sebelumnya dua kali menjadi tiga kali per tahun. Penghematan anggaran irigasi per hektar dari Rp 1,5 juta untuk pembelian BBM menjadi Rp 1 juta, serta peningkatan produksi pertanian dari 12 ton menjadi 12 ton di tambah empat ton cabai per hektar selama setahun,” ujar Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman.
Dampak lain dari penerapan program ini adalah Desa Kalijaran menjadi desa percontohan pengembangan EBT, untuk pertanian dan menjadi tempat pengabdian masyarakat. Salah satunya, civitas Politeknik Negeri Cilacap (PNC).
“Inovasi ini berdampak sangat baik bagi peningkatan pertanian masyarakat. Dengan demikian, menjadikan kawasan Desa Kalijaran menjadi Desa Energi Berdikari yang sustainable di lingkungan, ekonomi serta sosial,” tandasnya.