SERAYUNEWS – Jika Anda sedang mencari contoh jurnal Modul 3 Kode Etik Guru, Anda bisa menyimak artikel ini sampai akhir. Lantaran, redaksi akan menyajikannya untuk Anda.
Sebagai peserta Program Pendidikan Profesi Guru (PPG), Anda memang dituntut tidak hanya menguasai materi pedagogik, tetapi juga memahami dimensi moral dari profesi guru.
Dalam modul 3 topik kode etik guru, Anda akan diajak mencermati bukan sekadar aturan, melainkan nilai-nilai yang mesti hidup dalam tindakan sehari-hari.
Berikut panduan menulis jurnal Modul 3 yang orisinal dan penuh makna.
Judul Jurnal: Jurnal Pembelajaran Modul 3, Kode Etik Guru
Aksi Nyata: Promosi kode etik guru melalui media visual dan diskusi bersama rekan
Pendahuluan: Definisi guru, tanggung jawab etika, urgensi kode etik dalam pendidikan
Tujuan sekolah: Menumbuhkan karakter utuh, aspek kognitif, afektif, psikomotorik
Prinsip Etika Untuk Guru (Tomlinson & Little):
Integritas intelektual
Integritas kejuruan
Keberanian moral
Altruism, Impartiality, Human insight, Responsibility of influence
Kurangnya pemahaman → sosialisasi melalui infografis
Formalitas → contoh kasus nyata dan diskusi
Waktu terbatas → selipkan dalam rapat guru
Refleksi Pribadi:
Saya menyadari bahwa kode etik bukan hanya aturan, tetapi fondasi moral yang membentuk identitas guru. Ke depannya, saya ingin menanamkan keadilan dan komunikasi lebih terbuka dalam mengajar.
Umpan Balik dan Dokumentasi:
Sertakan tanggapan dari rekan sejawat dan foto kegiatan diseminasi kode etik di sekolah.
Hal Baru Yang Saya Pahami Setelah Mempelajari Modul
Sebelumnya, sering kali saya menganggap kode etik guru sebagai kumpulan “aturan formal” yang harus ditaati agar tidak terkena sanksi. Namun setelah membaca modul lebih dalam, saya menyadari bahwa:
Profesi guru bukan sekadar pekerjaan mengajar, lebih dari itu, guru punya tanggung jawab moral yang melekat dalam setiap kata, sikap, dan keputusan di dalam maupun di luar kelas. Komitmen untuk memahami dan menjaga marwah profesi guru akan mengantarkan kita menuju pembuktian bahwa etika bukan sekedar teori, tapi bagian dari napas profesi yang kita jalani sehari-hari melalui sebuah pedoman yang disebut kode etik guru.
Kode Etik Guru sendiri adalah rangkaian norma dan prinsip moral yang menjadi pedoman perilaku profesional guru dalam menjalankan tugasnya — tidak hanya di ruang kelas, tetapi juga dalam interaksi dengan murid, rekan sejawat, masyarakat, bahkan diri sendiri sebagai pendidik.
Dalam modul ini saya menemukan bahwa Tomlinson dan Little membagi etika profesi guru ke dalam tiga kelompok besar yang saling berkaitan — suatu kerangka yang membantu saya melihat peran guru secara menyeluruh:
Etika terhadap ilmu pengetahuan. Guru dituntut memiliki integritas intelektual — jujur dalam berpikir dan menyampaikan ilmu — serta integritas kejuruan, yaitu komitmen untuk terus belajar dan menjaga profesionalisme. Selain itu, keberanian moral juga penting: kadang guru harus mengambil keputusan yang benar meski tidak populer.
Etika terhadap peserta didik. Dalam aspek ini, guru harus mengutamakan kepentingan murid di atas kepentingan pribadi, bersikap adil tanpa memihak, serta memiliki wawasan kemanusiaan yang peka terhadap latar sosial murid. Guru perlu menyadari bahwa ucapan dan tindakannya bisa melekat dalam memori anak hingga dewasa.
Etika terhadap profesi. Guru mesti rendah hati, mampu bekerja sama dengan rekan sejawat, dan menjalin kemitraan sehat dengan komunitas sekolah dan orang tua. Guru juga harus memiliki tanggung jawab dan aspirasi profesional — ikut serta membentuk sistem pendidikan yang lebih baik lewat suara dan kontribusi nyata.
Ketiga aspek ini bukan teori kosong. Saya menyadari bahwa selama ini mungkin ada sikap atau kebiasaan kecil yang luput dari perhatian, padahal bagian dari etika profesional.
Pengaruh Kode Etik terhadap Proses Pembelajaran
Menjalankan kode etik guru berdampak nyata pada cara saya mengelola kelas dan membangun suasana belajar. Beberapa pengaruh positif yang saya rasakan:
Kualitas pembelajaran meningkat. Ketika komitmen etis ditegakkan, saya terdorong merancang RPP lebih matang, memilih metode belajar yang relevan dengan kebutuhan murid, dan terus mengasah kompetensi agar pembelajaran lebih bermakna.
Relasi dengan murid lebih positif. Dengan berperilaku adil, menghargai perbedaan, dan memperlihatkan empati, murid jadi lebih percaya, terbuka, serta aktif dalam kelas. Suasana belajar jadi lebih hangat dan mendukung.
Penegakan disiplin bijak Dalam manajemen kelas, kode etik membantu saya menetapkan aturan dengan konsisten dan adil. Bukan sekadar menghukum, tetapi mengedukasi agar murid memahami konsekuensi tindakan mereka.
Hubungan baik dengan orang tua. Menjalin komunikasi terbuka dan jujur dengan orang tua murid menjadi bagian dari etika profesi. Sebagai tim pendidikan, dukungan orang tua memperkuat proses belajar anak.
Tantangan dan Peluang dalam Penegakan Kode Etik
Tentu saja tidak selalu mulus. Beberapa tantangan yang sering muncul:
Kurangnya pemahaman. Banyak guru belum menyelami makna mendalam kode etik karena minim pelatihan atau sosialisasi.
Penegakan lemah. Pelanggaran mungkin terjadi, namun jarang ditindak tegas, sehingga kode etik hanya dianggap formalitas.
Perubahan pesat di dunia pendidikan. Kemajuan teknologi dan kurikulum baru menuntut guru menyesuaikan diri cepat, yang tidak mudah untuk semua kalangan.
Namun, ada peluang besar: kesadaran masyarakat tentang peran guru semakin meningkat, dukungan pemerintah lewat program kompetensi makin nyata, dan organisasi profesi bisa menjadi motor dalam sosialisasi dan advokasi.
Bila kolaborasi berjalan baik, kode etik bukan hanya tertulis, tapi hidup dalam budaya sekolah.
Langkah Konkret Menanamkan Kode Etik dalam Praktik Sekolah
Berikut tindakan nyata yang bisa Anda dan rekan sejawat lakukan bersama:
Refleksi rutin. Bersama rekan guru, lakukan refleksi secara berkala — bukan hanya materi ajar, tetapi cara komunikasi, interaksi, dan kehadiran Anda sebagai pendidik.
Kolaborasi program. Rancang program pembelajaran bersama, libatkan guru-guru lain dalam diskusi dan analisis kebutuhan siswa agar prosesnya tidak sendiri-sendiri.
Media promosi etika. Gunakan infografis, banner, atau poster kode etik guru, lalu sebarkan dalam rapat guru atau media internal sekolah agar pesan mudah diterima.
Kampanye ringan. Buat video pendek, jingle, atau slogan sederhana tentang nilai-nilai utama (integritas, keadilan, tanggung jawab), lalu tampilkan secara rutin dalam lingkungan sekolah.
Tim dukungan internal. Bentuk “Duta Etika Guru” yang menjadi peer support bagi rekan lain, memfasilitasi diskusi dan menjadi pengingat etis harian.
Umpan balik dan dokumentasi. Lukiskan perubahan nyata lewat foto dokumentasi, tester refleksi, dan masukan dari rekan sejawat untuk melihat sejauh mana kode etik diterapkan.
Dengan struktur seperti di atas, jurnal Anda tidak hanya memenuhi syarat administratif, tetapi juga mencerminkan kedalaman refleksi dan komitmen etis.
Semoga contoh ini membantu Anda menyusun jurnal Modul 3 Kode Etik Guru yang bukan sekadar tugas, melainkan cermin perjalanan profesionalisme dan integritas sebagai pendidik.***