SERAYUNEWS – Badan Pusat Statistik (BPS) bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) merilis daftar kabupaten/kota dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Jawa Tengah tahun 2025.
Data ini menunjukkan adanya penurunan angka kemiskinan di sebagian besar wilayah, meskipun masih ada daerah yang masuk kategori tinggi.
Berikut daftar 10 kabupaten/kota termiskin di Jawa Tengah tahun 2025 beserta perbandingan data tahun 2024–2025:
Secara lengkap, pembaca bisa mengakses data BPS di link berikut:
https://jateng.bps.go.id/id/statistics-table/2/MzQjMg==/kemiskinan-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-jawa-tengah.html
Dari data di atas, Kabupaten Kebumen mencatat penurunan paling besar yakni -2,13%.
Angka ini menunjukkan adanya efektivitas program pengentasan kemiskinan di daerah tersebut, mulai dari bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, hingga peningkatan akses pendidikan dan kesehatan.
Sementara itu, meskipun mengalami penurunan 1,45%, Kabupaten Brebes masih menempati posisi pertama dengan tingkat kemiskinan 14,15%.
Faktor luas wilayah, kepadatan penduduk, serta keterbatasan akses pekerjaan di sektor nonpertanian menjadi tantangan utama di daerah ini.
Pertanyaan menarik adalah apakah Kabupaten Banyumas termasuk dalam daftar ini. Berdasarkan data, Banyumas berada di posisi ke-9 dengan angka kemiskinan 11,15% pada tahun 2025, turun tipis dari 11,95% di tahun 2024.
Meski penurunan hanya 0,80%, tetap menunjukkan tren positif. Namun, posisi Banyumas masih masuk ke dalam 10 besar daerah termiskin di Jawa Tengah.
Hal ini menjadi catatan penting, karena Banyumas dikenal sebagai salah satu pusat pendidikan dan ekonomi di wilayah Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen).
Dengan potensi besar yang dimiliki, terutama di sektor perdagangan, jasa, serta pendidikan tinggi, diharapkan angka kemiskinan bisa terus ditekan.
Menariknya, semua kabupaten/kota dalam daftar ini mengalami penurunan persentase kemiskinan dari tahun 2024 ke 2025.
Artinya, program pengentasan kemiskinan yang dijalankan pemerintah daerah dan pusat mulai menunjukkan hasil.
Meskipun penurunannya bervariasi, dari yang paling kecil (Banyumas -0,80%) hingga yang paling besar (Kebumen -2,13%), tren ini merupakan kabar baik.
Data ini memberi gambaran bahwa Jawa Tengah masih menghadapi tantangan serius dalam menurunkan angka kemiskinan, terutama di daerah-daerah yang bergantung pada sektor pertanian tradisional.
Meski demikian, tren penurunan di seluruh wilayah menunjukkan arah yang positif.
Bagi Banyumas, meski masih masuk 10 besar termiskin, capaian ini harus menjadi motivasi untuk mempercepat pembangunan ekonomi kerakyatan, meningkatkan lapangan kerja, serta memperkuat sektor UMKM.
Jika dikelola dengan tepat, bukan tidak mungkin Banyumas bisa keluar dari daftar ini dalam beberapa tahun mendatang.