
SERAYUNEWS – Pembagian dividen selalu menjadi momen yang dinanti investor, terutama ketika memasuki awal tahun. Cek bank BUMN yang bagikan deviden di Januari 2025.
Selain menjadi bukti kinerja emiten yang solid, dividen juga kerap dianggap sebagai “bonus tunai” yang bisa menambah arus kas pemegang saham.
Menjelang pergantian tahun 2025 ke 2026, sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan rencana pembagian dividen interim, dengan jadwal pembayaran mayoritas berlangsung pada Januari.
Dari berbagai sektor yang terlibat, perhatian investor banyak tertuju pada bank-bank BUMN.
Emiten pelat merah ini dikenal konsisten membagikan dividen, bahkan di tengah dinamika ekonomi global yang masih penuh tantangan.
Berikut daftar bank BUMN dan emiten lain yang akan membagikan dividen, beserta penjelasan kinerjanya.
Dari sektor perbankan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menetapkan pembagian dividen interim tahun buku 2025 sebesar Rp137 per saham.
Keputusan tersebut ditetapkan oleh Direksi dan telah memperoleh persetujuan Dewan Komisaris BRI.
Dividen interim BBRI dijadwalkan dibayarkan pada 15 Januari 2026. Adapun jadwal penting yang perlu diperhatikan investor antara lain cum dividen di pasar reguler dan negosiasi pada 29 Desember 2025, pasar tunai 2 Januari 2026, serta recording date pada 2 Januari 2026.
Dari sisi kinerja, BBRI mencatat laba bersih konsolidasi sebesar Rp41,23 triliun hingga kuartal III-2025, meski turun 9,10 persen secara tahunan.
Namun, pendapatan bunga bersih masih tumbuh 2,9 persen year on year menjadi Rp110,99 triliun.
Penyaluran kredit BRI mencapai Rp1.438,11 triliun, dengan porsi kredit UMKM sebesar 80,02 persen, menegaskan peran BRI sebagai bank UMKM terbesar di Indonesia.
Masih dari jajaran bank BUMN, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) juga mengumumkan pembagian dividen tunai interim tahun buku 2025 sebesar Rp100 per saham, dengan total nilai sekitar Rp9,3 triliun.
“Pembagian dividen interim diberikan sebesar Rp100 atau senilai kisaran Rp9,3 triliun sesuai dengan jumlah saham beredar perseroan sejumlah 93.333.333.332 saham dan memperhatikan jumlah saham treasury perseroan atas realisasi pelaksanaan pembelian kembali (buyback) saham perseroan pada saat recording date,” ujar Corporate Secretary BMRI Adhika Vista dalam keterbukaan informasi BEI, dikutip Senin (12/12/2025).
Adhika menegaskan bahwa pembagian dividen ini tidak berdampak material terhadap operasional maupun kelangsungan usaha perseroan.
Jadwal cum dividen BMRI di pasar reguler dan negosiasi ditetapkan hingga 5 Januari 2026, sementara pasar tunai 7 Januari 2026.
Bagi investor, dividen interim BMRI menjadi sinyal kepercayaan manajemen terhadap fundamental perusahaan, sekaligus cerminan kemampuan bank menjaga profitabilitas di tengah tekanan suku bunga dan persaingan industri perbankan.
Selain bank BUMN, sejumlah emiten dari sektor lain juga siap membagikan dividen interim pada Januari.
ADRO Alokasikan Dividen US$250 Juta
Dari sektor energi dan sumber daya alam, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) akan membagikan dividen interim tahun buku 2025 senilai US$250 juta.
Dengan asumsi kurs Rp16.700 per dolar AS, dividen ini setara sekitar Rp142 per saham, dengan dividend yield sekitar 7,8 persen.
Dividen ADRO dijadwalkan dibayarkan pada 15 Januari 2026 kepada pemegang saham yang tercatat dalam Daftar Pemegang Saham pada 2 Januari 2026.
PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) juga mengumumkan dividen interim sebesar Rp27,74 miliar atau Rp1,54 per saham, dengan recording date pada 24 Desember 2025.
Sementara itu, PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI) mengalokasikan dividen interim sebesar Rp82,84 miliar, yang akan dibayarkan pada 14 Januari 2026 kepada pemegang saham yang tercatat pada 24 Desember 2025.
Pembagian dividen interim di awal tahun sering dianggap sebagai strategi emiten untuk menjaga kepercayaan investor.
Bagi Anda yang berorientasi pada pendapatan pasif, dividen bisa menjadi sumber cuan tambahan, bahkan disebut sebagai “kado awal tahun” bagi investor jangka panjang.
Namun, penting diingat bahwa keputusan investasi tidak hanya didasarkan pada besaran dividen.
Anda tetap perlu mencermati kinerja keuangan, prospek bisnis, serta risiko masing-masing emiten agar strategi investasi tetap seimbang.***