SERAYUNEWS- Di balik sorotan lampu panggung megah Jakarta, seorang gadis muda dari Desa Rempoah, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, berdiri anggun dengan senyum percaya diri.
Dialah Dinda Rosalinda, mahasiswi dari Program Studi Arsitektur UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto. Malam itu, Dinda bukan sekadar peserta lomba kecantikan.
Ia hadir sebagai wajah baru generasi muda yang berani, cerdas, dan penuh dedikasi terhadap budaya serta pariwisata Indonesia.
Dinda lahir dari keluarga sederhana, putri pasangan Andy Riswanto dan Murtifah. Sejak kecil, ia terbiasa berbicara di depan umum. Di bangku SD, ia sudah menjuarai lomba pidato dan Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N).
Saat SMP hingga SMK, prestasinya kian menonjol: dari Juara 1 MAPSI tingkat kabupaten, hingga Juara 1 Duta SMK Negeri 2 Purwokerto.
Namun, di balik prestasi itu, Dinda tetap tumbuh sebagai gadis yang gemar makan bakso, penikmat kopi, dan suka berbagi cerita dengan teman-temannya.
Ia tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari, hobinya berbicara di depan umum akan membawanya ke panggung nasional.
Perjalanan Dinda menuju panggung nasional dimulai ketika ia ikut ajang Putera Puteri Jawa Tengah (PPJT) 2025. Dengan keanggunan dan wawasan luas, ia berhasil meraih Runner-up 2.
Gelar itu membukakan pintu menuju ajang bergengsi Putera Puteri Wisata Indonesia 2025 di Jakarta. Di sana, ia harus bersaing dengan puluhan wakil dari seluruh provinsi.
Sejak masa karantina, Dinda menunjukkan kelasnya. Pada Head to Head Challenge, ia berhasil mengungguli puluhan delegasi provinsi lain, bahkan membuat kagum dewan juri internasional.
Puncaknya, ia dinobatkan sebagai Winner Puteri Wisata Budaya Indonesia 2025 sekaligus Puteri Intelegensia Wisata Indonesia 2025. Sebuah capaian ganda yang tidak hanya mengangkat namanya, tetapi juga membanggakan kampus UIN Saizu Purwokerto.
Sebagai mahasiswi arsitektur, Dinda tidak sekadar melihat wisata dari sisi estetika. Ia percaya arsitektur adalah kunci menciptakan destinasi berkelanjutan.
“Pariwisata dan arsitektur saling berkaitan. Melalui arsitektur berkelanjutan, kita bisa menjaga identitas budaya sekaligus mengembangkan destinasi wisata ramah lingkungan,” ujarnya mantap.
Menurut Dinda banyak sekali proses yang harus dia lalui hingga dia dapat mewakili Provinsi Jawa Tengah, dan meraih prestasi sebagai “Puteri Intelegensia Wisata Indonesia 2025”
“Kemampuan berbicara di depan umum seperti sekarang ini tidak semata-mata hanya perjuangan pribadi oleh diri saya sendiri, melainkan dukungan dan coaching dari pihak Regional Director saya @xmxiwndt @lielianmyn @sahda_salsabila,” tulisnya di Instagram.
Dia menjelaskan, support moral dan meteril tiada henti diberikan kepadanya, berawal dari “terbentur, terbentur, terbentur” dia bisa “terbentuk” mewakili Jawa Tengah, merepresentasikan daerahnya di tingkat nasional.
Bahkan hingga dia mendapat amanah sebagai “Puteri Intelegensia Wisata Indonesia 2025.” “Gelar ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya, untuk regional director saya, untuk keluarga saya, untuk teman teman saya, untuk Jawa Tengah, untuk Banyumas,” tulisnya lagi.
Dia berterimakasih atas doa dan dukungannya yang tiada hentinya diberikan kepadanya dalam berproses. Pernyataan itu memperlihatkan bahwa ia bukan hanya duta wisata, tetapi juga pemikir muda dengan visi yang jauh ke depan.
Di balik semua gelar dan penghargaan, Dinda tetap menjadi sosok yang sederhana. Ia masih suka bercengkerama dengan teman, membantu kegiatan sosial, dan mendorong anak muda di sekitarnya untuk berani mencoba hal baru.
“Generasi muda harus berani mengambil peran aktif dalam menciptakan perubahan positif,” tegasnya.
Baginya, mahkota yang kini ia sandang hanyalah simbol. Yang terpenting adalah kesempatan untuk menyuarakan gagasan dan membawa nama daerah ke kancah nasional.
Kisah Dinda adalah cermin bahwa mimpi besar bisa lahir dari tempat sederhana. Dari Rempoah, ia melangkah hingga ke panggung nasional, membuktikan bahwa kerja keras, kecerdasan, dan kepercayaan diri bisa mengantarkan siapa pun meraih prestasi gemilang.
Lebih dari sekadar prestasi individu, kemenangan Dinda Rosalinda menjadi simbol bahwa mahasiswa Indonesia mampu berkontribusi tidak hanya di ruang kelas, tetapi juga di panggung nasional dan dunia.