SERAYUNEWS – Ketua Umum Perkumpulan Pelaku Jamu Alami Indonesia (PPJAI), Mukit Hendrayatno, menegaskan bahwa digital marketing berhasil mendorong pertumbuhan industri jamu nasional.
Ia mengungkapkan, lebih dari 15.000 orang terserap ke dalam sektor ini, termasuk petani, peternak, dan tenaga pemasaran.
Pernyataan tersebut ia sampaikan saat membuka kegiatan Sinergitas Pentahelix 2025: Meracik Masa Depan Ekonomi Indonesia dengan Jamu Sebagai Warisan dan Peluang Ekonomi, di Andrawina Hall, Owabong Cottage Purbalingga, Rabu (25/6/2025).
“90% bahan baku jamu masih berasal dari lokal. Ia menggagas industri jamu dengan pemasaran berbasis teknologi seperti AI dan sosial media. Menggabungkan antara tradisi dan pembaruan. Warisan leluhur kita kemas menjadi bisnis modern,” jelas Komisaris Utama PT Ethos Kreatif Indonesia (Ethos) tersebut.
Mukit menyampaikan bahwa PPJAI konsisten menolak penggunaan bahan kimia obat (BKO) dalam produk jamu.
Menurutnya, penggunaan BKO membahayakan masyarakat dan tidak berkelanjutan secara ekonomi.
“Kontribusi sektor jamu terhadap pajak nasional mencapai Rp100 miliar per tahun,” katanya lagi.
Wakil Bupati Purbalingga, Dimas Prasetyahani, mengingatkan para pelaku usaha jamu, khususnya generasi muda, agar memahami pentingnya legalitas produk, bukan hanya fokus pada pemasaran digital.
“Ternyata di produk itu belum ada izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sertifikasi dan sebagainya. Akhirnya berurusan dengan dinas terkait atau aparat penegak hukum. Ini malah jadi buah simalakama,” jelasnya.
Selain itu, Wabup juga menyoroti maraknya praktik overklaim khasiat jamu di era digital. Hal ini, menurutnya, dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap jamu.
“Overklaim atau hiperbola jadi temuan, hingga seolah-olah dokter-dokter tidak laku lagi,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan agar pelaku usaha jamu tidak saling menjatuhkan. Persaingan tidak sehat hanya akan merusak ekosistem bisnis secara keseluruhan.
“Bisnis yang tidak sehat ekosistemnya tidak akan bertahan lama,” tegasnya.
Dimas berharap PPJAI mampu memainkan peran sebagai penyaring dan penghubung, agar pelaku usaha jamu bisa tumbuh bersama dalam suasana kompetisi yang sehat dan beretika.
Ia juga mengajak peserta untuk menyimak dialog secara serius, mengingat yang hadir merupakan para pelaku jamu dari berbagai level usaha—mikro, kecil, hingga besar.
Ketua Panitia, Azif Yunan Hashinudin, menyampaikan bahwa Sinergitas Pentahelix menjadi agenda tahunan yang rutin digelar PPJAI. Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong jamu tampil lebih profesional dan modern.
“Organisasi PPJAI ini semangat mengedepankan jamu dalam kemasan wadah lebih baik, profesional, dan modern, yang mampu mewarnai dunia kesehatan Indonesia,” ujarnya.
Kegiatan ini mulai sejak Selasa (24/6/2025) dan diikuti oleh 20 perusahaan jamu. Rangkaian kegiatan mencakup registrasi dan fasilitasi izin edar BPOM.
Kemudian ada juga dialog interaktif yang membahas potensi jamu sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dengan nilai ekonomi tinggi.