SERAYUNEWS – Dimana lokasi penjara Nusakambangan? Nama Nusakambangan mungkin sudah tak asing bagi masyarakat Indonesia.
Pulau ini sering muncul dalam berbagai pemberitaan, terutama yang berkaitan dengan kasus besar, eksekusi hukuman mati, hingga kehidupan para narapidana berisiko tinggi.
Namun, masih banyak yang belum mengetahui secara pasti di mana letak penjara legendaris ini berada dan bagaimana kisah panjang di balik tembok tebalnya.
Nusakambangan bukanlah penjara biasa. Di tempat inilah negara menahan para pelaku kejahatan besar, mulai dari pembunuh berantai, bandar narkoba internasional, hingga teroris.
Beberapa nama terkenal seperti Amrozi, Mukhlas, dan Imam Samudra, pelaku Bom Bali pernah mendekam di sini.
Selain itu, terdapat juga nama Umar Patek, serta dua warga negara Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran dari kelompok “Bali Nine”, yang dieksekusi karena kasus narkoba.
Tokoh lain seperti Tommy Soeharto dan sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer juga pernah merasakan dinginnya jeruji di Nusakambangan, meski dalam konteks dan masa yang berbeda.
Salah satu lokasi paling terkenal di pulau ini adalah Bukit Nirbaya, tempat di mana eksekusi hukuman mati dilakukan.
Di sanalah banyak nyawa berakhir dalam gelapnya malam, diiringi suara tembakan regu eksekusi. Bukit ini menjadi simbol dari akhir perjalanan hidup para narapidana yang tak lagi memiliki harapan kebebasan.
Pulau Nusakambangan terletak di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Dikenal sebagai “Pulau Kematian”, kawasan ini memiliki reputasi sebagai tempat pengasingan bagi para pelaku kejahatan paling berbahaya di Indonesia.
Di balik keindahan alamnya yang masih alami, pulau ini menyimpan kisah kelam dan sejarah panjang dalam sistem pemasyarakatan nasional.
Menurut laman resmi uniad.ac.id, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan berdiri sejak tahun 1908. Untuk menuju ke sana, perjalanan harus ditempuh melalui laut menggunakan kapal feri dari Pelabuhan Sodong menuju Pelabuhan Wijayapura di Cilacap.
Jalur ini tidak dibuka untuk umum. Hanya petugas pemasyarakatan, keluarga narapidana dengan izin resmi, atau pihak berwenang yang diizinkan mengakses wilayah ini.
Sistem keamanan di Nusakambangan dikenal sangat ketat. Penjagaan bersenjata, pagar berlapis, serta pos-pos pengawasan tersebar di berbagai titik strategis.
Selain itu, terdapat sel isolasi khusus untuk narapidana dengan tingkat risiko tinggi agar tidak mudah berinteraksi dengan penghuni lain. Semua ini dilakukan demi memastikan keamanan maksimal dan mencegah upaya pelarian.
Pulau Nusakambangan memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak masa kolonial Belanda. Pada tahun 1905, pemerintah kolonial menetapkan pulau ini sebagai kawasan terlarang dan lokasi pengasingan bagi penjahat kelas berat.
Sekitar dua dekade kemudian, tepatnya pada 1920-an, dibangun sejumlah kompleks penjara yang hingga kini masih berfungsi.
Setelah Indonesia merdeka, peran Nusakambangan tidak banyak berubah. Pulau ini tetap dijadikan tempat bagi mereka yang dianggap berpotensi mengancam keamanan negara.
Pada era pemerintahan Presiden Soeharto, ratusan tahanan politik juga dikurung di sini dengan kondisi yang keras dan serba terbatas.
Kini, Nusakambangan menjadi rumah bagi beberapa lembaga pemasyarakatan dengan kategori berbeda, seperti Lapas Kelas I Batu, Lapas Kembang Kuning, hingga Lapas Besi.
Masing-masing memiliki tingkat keamanan yang disesuaikan dengan risiko narapidana yang ditahan.
Selain berfungsi sebagai kawasan pemasyarakatan, Nusakambangan juga memiliki status sebagai cagar alam.
Pulau ini dulunya dipenuhi pepohonan langka dan satwa liar yang dilindungi. Namun, aktivitas ilegal seperti penebangan liar sempat mengancam kelestarian lingkungan di pulau tersebut.
Meski begitu, pemerintah terus berupaya menjaga keseimbangan antara fungsi konservasi dan keamanan.
Keberadaan hutan di Nusakambangan masih menjadi pelindung alami sekaligus pembatas alami bagi para penghuni penjara yang berada di dalamnya.
Pulau ini bukan sekadar tempat menahan tubuh, tetapi juga ruang yang membelenggu jiwa, tempat di mana waktu berjalan lambat, dan setiap hari terasa seperti pengingat akan kesalahan masa lalu.
Nusakambangan tetap menjadi bagian penting dari sejarah hukum Indonesia, sekaligus simbol dari sisi gelap sistem pemasyarakatan yang masih terus berjalan hingga kini.***