Purwokerto, Serayunews.com – Sikap pihak RSUD Margono yang sempat enggan memberikan jawaban konfirmasi informasi pasien yang diduga terinfeksi virus Corona pada Senin (28/01/2019) malam diprotes sejumlah awak media.
Sesaat setelah informasi soal seorang guru asal China di Purwokerto dan keluarga TKA PLTU Karangkandri Cilacap beredar di media sosial yang sebelumnya dirujuk ke RSUD Margono karena diduga terinfeksi virus Corona, sebagian besar awak media mencoba mengkonfirmasi tersebut ke pihak RSUD Margono.
Baca : RSUD Margono Nyatakan Satu Pasien WNA asal Wuhan Cina 90 Persen Negatif Corona Tapi Masih diisolasi
Namun, alih alih menjawab pesan singkat atau panggilan telepon para awak media, akun media sosial RSUD Margono justru menjawab komentar dan pernyataan dari netizen. Sikap tersebut diprotes sejumlah wartawan saat pihak RSUD Margono menggelar jumpa pers.
Hal itu dinilai akan menambah bias dan kesimpangsiuran informasi, karena walaupun akun media sosial tersebut resmi dikelola RSUD Margono, tetapi tidak ada tanggapan dari pejabat yang berwenang dari pihak RSUD yang pernyataannya bisa dituangkan dalam bentuk berita. Sehingga, informasi yang ada lebih bisa dipertanggungjawabkan.
Seperti yang disamapikan wartawan Kompas, Megandika Wicaksono yang sedikit meluapkan rasa kesalnya ketika merasa kesulitan saat melakukan konfirmasi terkait dugaan adanya pasien yang terjangkit virus corona di RSUD Margono.
“Kita kemarin bingung mau klartifikasi ke pihak yang berwenang itu sulit sekali. Saya baru tiga tahun di sini. Namun, kata teman-teman memang RSUD Margono selama ini tetutup,” kata dia.
Hal senada dikatakan, MNC Media Grup, Saladin Ayubi sempat menyarankan agar pihak RSUD Margono bisa menerima wartawan dengan lebih baik lagi. Terlebih saat wartawan berusaha meminta konfirmasi.
“Dari pada membalas di medsos lebih baik kan konfirmasi kepada kami media mainstream, yang tentunya kami tidak mungkin membuat berita seperti itu (hoax, red),” ujarnya.
Demikan juga wartawan media ini, Shandi menyarankan agar pihak RSUD lebih bijaksana dalam menanggapi informasi atau isu sehingga tidak berkembang menjadi hoax. Pejabat yang berwenang misalnya bagian Hubungan Masyarakat, seharusnya bisa menanggapi dengan normatif bahwa isu atau informasi tersebut masih kita dalami atau pasien masih dalam perawatan dan belum diketahui hasilnya. Untuk hasilnya apakah positif atau negatif, nanti bisa disampaikan saat pers rilis digelar keesokan harinya.
“Situasi yang ada saat isu itu menyebar, banyak masyarakat yang membutuhkan kejelasan informasinya. Tidak perlu substantif atau hanya sekedar normatif tidak masalah, yang penting ada pejabat yang bisa diklarifikasi dan bisa ditulis atau dituangkan menjadi berita. Sehingga, bisa menjawab sementara isu yang ada di media sosial yang dengan cepat menyebar. Informasi lengkap, detail dan tambahan bisa disampaikan sesuai waktu yang sudah ditentukan,” paparnya.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Direktur Pelayanan dan Kerja Sama RSUD Margono Soekarjo Purwokerto, dr Moh Tarqib Alatas meminta maaf jika memang tidak memberikan stetment pada hari Senin kemarin.
“Kami harus sangat berhati-hati membuat statment. Mohon maaf memang membutuhkan waktu lama. Kalau ucapan kita salah bisa jadi masalah,” kata dia
Baca Juga :