SERAYUNEWS – Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) Berbasis Lingkungan dan Edukasi (BLE) Kabupaten Banyumas, direncanakan untuk dilakukan pengembangan. Hal itu didasarkan pada kapasitas pengelolaan yang saat ini, sudah melebihi kemampuan.
Terkait rencana tersebut, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banyumas, telah mengajukan bantuan anggaran ke pemerintah pusat. Perhitungan yang dilakukan, untuk pengembangan ini dibutuhkan anggaran Rp64 miliar.
“Kita bicara rencana pengelolaan kemampuan 40 ton per hari di TPA. Tapi sekarang ini sudah masuk 253 ton per hari sampah. Jika tidak segera diselesaikan maka akan berdampak kepada lingkungan,” kata Kepala DLH Kabupaten Banyumas Widodo Sugiri, Senin (20/01/2025).
Dia menjelaskan, anggaran Rp64 miliar nantinya akan dimanfaatkan untuk pembangunan bangunan bubur sampah, mesin cacah, alat pengering, alat berat, dan RDF (Refuse Derived Fuel), atau bahan bakar alternatif yang dihasilkan dari pengolahan sampah anorganik.
Kondisi saat ini, untuk kapasitas kemampuan mengolah sampah menjadi RDF baru 31 ton per hari, dengan total sampah yang masuk sebanyak 253 ton. “Setiap hari ada tundaan sekitar 200 ton lebih,” ujarnya.
Maka dari itu, lanjutnya, penambahan kapasitas menjadi hal penting untuk segera dilakukan. Sedangkan untuk percepatan, berkaitan dengan anggaran, pihaknya meminta bantuan pemerintah pusat.
“Respons dari Kemen PU sangat baik. Nanti kita tindaklanjuti dengan berkirim proposal ke Kemen PU, Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kemendagri. Proposal sedang kami proses,” ujarnya.
Lebih lanjut disampaikan bahwa potensi pasar RDF, Kabupaten Banyumas sudah memiliki pasar, dari PT Solusi Bangun Indonesia yang sudah membuka peluang untuk menaikkan kuota dari RDF dari Kabupaten Banyumas.
“Dari 65 ton bisa ditingkatkan menjadi 100 ton. Ini cukup besar, tapi kemampuan kita belum sebesar itu. Kemampuan kita baru 30 ton. Kemampuan mesin kita sudah mulai menurun,” kata dia.
Mengenai harga RDF itu dilihat dari kadar air. Semakin sedikit kadar airnya maka RDF akan lebih mahal. Di bawah 40 persen kisaran Rp200 ribu per ton, kualitas paling bagus di bawah 15 persen itu Rp400 ribu per ton. “Kondisi hujan seperti sekarang masih di atas 30 persen,” katanya.
Bicara kaitan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD), RDF memiliki potensi untuk menyumbang PAD. Peluang untuk hal ini sangat terbuka lebar. “Ada Rp40 juta per hari. Kali satu bulan Rp1,2 miliar kali 12 bulan ada potensi Rp 10 sampai Rp 12 miliar,” kata dia.