Banjarnegara, serayunews.com
Beras Fortivit merupakan produk olahan dari Perum Bulog yang merupakan bagian dari strategi pemerintah dalam ketahanan pangan, kecukupan, dan perbaikan gizi masyarakat.
Kapolres Banjarnegara AKBP Fahmi Arifrianto sangat mengapresiasi akan kerjasama antara Perum Bulog dengan Polres Banjarnegara dalam upaya peningkatan gizi masyarakat serta upaya ketahanan pangan sekaligus menjaga kestabilan pangan di wilayah Banjarnegara.
“Adanya peluncuran beras Fortivit Bulog ini diharapkan dapat membantu menjaga ketahanan pangan masyarakat dan kestabilan harga beras, khususnya di wilayah Banjarnegara pada masa pandemi Covid-19 saat ini,” katanya.
Dia juga berharap, adanya produk beras ungulan Fortivit ini juga dapat dimanfaatkan sebagai ladang bisnis bagi masyarakat Banjarnegara. Sehingga kegiatan ini juga ikut membantu pertumbuhan ekonomi di Banjarnegara.
Sementara itu, Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita mengatakan, dalam rangka mewujudkan tiga pilar ketahanan pangan, Perum Bulog berinovasi mengembangkan beras fortifikasi dengan nama Fortivit.
“Beras fortifikasi merupakan beras yang kita campur kernel, kernelnya itu bentuknya seperti beras yang di dalamnya ada 8 vitamin dan mineral,” katanya.
Menurutnya, peningkatan dan kesejahteraan masyarakat tidak lepas dari gizi makanan yang dikonsumsi. Kebutuhan akan makanan bergizi dan kaya vitamin serta mineral merupakan hal penting. Apalagi ketika harus meningkatkan imunitas tubuh saat pandemi Covid-19 ini.
“Kalau lagi menjaga imunitas saat pandemi Covid 19, maka dalam beras ini sudah tercampur banyak vitamin,” ujarnya.
Beras fortifikasi tersebut, diolah dari beras lokal, baik beras merah maupun beras putih, hasil panen petani di wilayah eks Karesidenan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara.
“Ini produk Perum Bulog, inovasi yang sangat diperlukan untuk perbaikan gizi, meningkatkan stamina dan imunitas,” katanya.
Di masa ini, kata dia, memang sering terjadi gejolak harga, kelangkaan pangan, atau distribusi pangan yang belum merata. Hal ini disebabkan karena pengelolaan pangan yang belum terintegrasi dari hulu ke hilir.
“Bulog berkomitmen akan terus berusaha mewujudkan tiga pilar ketahanan pangan, menjaga ketersediaan pangan, stabilisasi keterjangkauan harga dan stabilisasi harga,” katanya.