SERAYUNEWS – Pidato Kenegaraan Presiden Jokowi Rabu (16/8) menjadi viral di media sosial karena lebih mirip “sambatan’’ daripada sambutan. Sambatan dalam bahasa Jawa berarti keluhan. Presiden Jokowi memang terlihat lebih banyak mengeluh atau sambat. Pidato kenegaraan itu lebih banyak berisi curhat, atau curahan hati.
Presiden Jokowi menjawab berbagai serangan dan kritikan yang diarahkan terhadap dirinya. Yang terbaru adalah sebutan bajingan tolol oleh Rocky Gerung, dan Emha Ainun Nadjib yang menyamakan Jokowi dengan Firaun. Jokowi tidak menganggap sebutan itu sebagai masalah. Hanya saja, ia mengaku sedih karena terkikisnya budaya santun bangsa.
Pernyataan ini menjadi sindiran keras kepada Rocky Gerung dan Emha Ainun Nadjib. Kebebasan dan demokrasi, kata Jokowi, digunakan untuk melampiaskan kedengkian dan fitnah.
Jokowi juga menyinggung sebutan bodoh dan plonga-plongo yang sering dialamatkan kepadanya. Sebutan “Double P’’ plonga-plongo, sering dilontarkan oleh “pasangan ganda putra’’ DPR Fahri Hamzah dan Fadli Zon. Duet ini sangat rajin mengritik Jokowi dengan memakai ungkapan yang tajam. Selain plonga-plongo, Fadli Zon juga menyebut Jokowi sebagai ‘’Prabu Kantong Bolong’’ yang merujuk pada lakon wayang Petruk Dadi Ratu.
Pasangan ganda putra ini kemudian bubar setelah Fahri Hamzah keluar dari PKS (Partai Keadilan Sejahtera) dan tidak lagi berada di parlemen. Setelah pasangan gandanya tidak ada Fadli Zon pun makin jarang membuat komentar tajam. Fadli Zon semakin jinak setelah bosnya, Prabowo Subianto, bergabung di pemerintahan Jokowi sebagai menteri pertahanan. Rupanya Fadli Zon kena semprit oleh partainya, atau bahkan oleh Prabowo langsung.
Sebutan Double P ini sudah berlangsung hampir 10 tahun, tetapi baru sekarang di-adress secara resmi oleh Jokowi dalam pidato kenegaraan. Terhadap sebutan bajingan tolol oleh Rocky Gerung Jokowi menyatakan sebagai hal kecil. Pun pula terhadap sebutan Firaun oleh Emha Ainun Nadjib. Jokowi bahkan menyambangi Emha ketika sakit dan dirawat di Jogja.
Terhadap Fadli Zond an Fahri Hamzah juga demikian. Jokowi menganugerahkan penghargaan Bintang Mahaputera Nararya yang diberikan kepada warga sipil yang dianggap telah berjasa secara luar biasa.
Fadli Zon sudah pensiun sebagai pengritik Jokowi meskipun masih berada di parlemen. Fahri Hamzah juga sudah pensiun, dan bahkan sekarang mulai rajin memuja-muji Jokowi. Maklum, sebagi pemimpin Partai Gelora–yang merupakan sempalan PKS yang menjadi partai oposisi–Fahri harus menempatkan positioningnya yang jelas. Karena itu sekarang Fahri sudah jauh lebih jinak kepada Jokowi.
Dalam pidato kenegaraan itu Jokowi juga sambat atas sebutan ‘’Pak Lurah’’ yang selama ini beredar di lingkungan masyarakat politik. Jokowi mengatakan sudah sering mendengar sebutan Pak Lurah. Bahkan, belakangan ini sebutan itu sangat santer karena dihubungkan dengan lahirnya koalisi besar pendukung Prabowo.
Pekan lalu Partai Golkar dan PAN (Partai Amanat Nasional) bergabung dengan koalisi Partai Gerindra dan PKB (Partai Kebangkitan Bangsa). Bergabungnya PAN dan Golkar disebut-sebut sebagai arahan ‘’Pak Lurah’’ yang mendukung Prabowo sebagai calon presiden pilihan.
Jokowi mengaku kaget bahwa ternyata Pak Lurah itu sebutan yang dilekatkan kepada dirinya. Jokowi mengatakan dirinya bukan lurah, tapi Presiden Republik Indonesia. Jokowi rupanya menganggap serius sebutan Pak Lurah itu. Ia merasa bahwa sebutan itu merendahkan martabatnya. Ia juga membantah telah mengarahkan parpol untuk membentuk koalisi tertentu.
Para politisi berpendapat lain. Ketua Partai Nasdem Surya Paloh menganggap sebutan itu sebagai joke politik saja. Tidak ada yang serius dengan sebutan itu. Politisi PDIP Said Abdullah bahkan menganggap sebutan Pak Lurah itu sebagai sebutan penghormatan. Tapi Jokowi beranggapan lain. Ia merasa bahwa jabatannya telah direndahkan. Penyebutan Pak Lurah dianggap sebagai merendahkan martabatnya sebagai presiden.
Beberapa waktu yang lalu peneliti Australia Ben Bland menulis buku ‘’Man of Contradictions’’ yang isinya kritik keras terhadap Jokowi yang banyak melakukan tindakan yang kontradiktif. Ben Bland menyebut kapasitas Jokowi tidak cukup besar untuk menjadi seorang presiden. Pendekatan dan skill politiknya dianggap masih sekelas walikota. Karena itu Bland menyebut Jokowi sebagai walikota yang ada di Istana. Merujuk pada Bland, Jokowi pantas tersinggung kalau disebut sebagai Pak Lurah, karena posisi ini lebih rendah ketimbang walikota.
Lembaga yang dipimpin oleh Bland, Lowy Institute, disebut oleh Jokowi dalam pidato kenegaraan. Tetapi bukan kritik Bland yang disinggung melainkan pujian dari Lowy, yang menempatkan Indonesia sebagai “middle power country’’ negara dengan kekuatan menengah di Asia. Meskipun kategorinya baru “kekuatan menengah’’ Jokowi cukup senang, terutama karena Lowy sudah tidak lagi bersikap galak kepadanya.
Jokowi mengaku baru tahu bahwa dirinya disebut sebagai Pak Lurah. Pengakuan ini cukup aneh karena sebutan itu sudah beredar cukup lama. Ketika muncul kasus korupsi bantuan sosial yang melibatkan Juliari Batubara, muncul istilah anak Pak Lurah yang disebut-sebut mendapat aliran dana haram dari korupsi bansos. Ketika itu juga muncul istilah “madame bansos’’ yang juga disebut menerima aliran dana haram.
Dalam tradisi politik modern, pidato kenegaraan menjadi momen penting bagi seorang presiden. Di Amerika Serikat pidato kenegaraan disebut sebagai State of the Union (SOTU) yang diberikan oleh presiden setiap 1 Maret. Pidato kepada sesi gabungan Kongres adalah kesempatan bagi presiden untuk meninjau pencapaian tahun lalu dan menyampaikan agendanya untuk tahun mendatang.
Pidato di Gedung Capitol AS setiap tahun itu juga menggambarkan praktik demokrasi Amerika Serikat. Ini adalah salah satu momen penting dalam politik Amerika ketika semua cabang pemerintah federal berada di ruangan yang sama. Presiden mewakili eksekutif, anggota DPR dan Senat mewakili legislatif, dan para Hakim Agung mewakili judikatif. Seluruh anggota kabinet presiden juga hadir.
Pidato ini berawal dari Konstitusi AS. Konstitusi AS Pasal II, Ayat 3, klausa 1 menyatakan bahwa presiden “dari waktu ke waktu akan memberikan kepada Kongres Informasi tentang Keadaan Negara, dan menganjurkan untuk Pertimbangan mereka terkait Tindakan-Tindakan yang dinilainya perlu dan bijaksana”
Beberapa pidato presiden dari pidato State of the Union menjadi terkenal. Dan terkadang pidato tersebut menjadi terkenal karena tamu undangan yang hadir. Pemerintahan Presiden Ronald Reagan memulai tradisi pada 1982 ketika ibu negara mengundang Lenny Skutnik untuk duduk bersamanya. Lenny Skutnik telah menyelamatkan nyawa seorang penumpang setelah sebuah pesawat Air Florida jatuh ke Sungai Potomac di Washington.
Gimmick politik semacam ini belum ditiru di Indonesia, terutama oleh Jokowi yang suka memakai gimmick politik. Dalam pidato kenegaraan kali ini Jokowi memakai pakaian adat Tanimbar dari Maluku. Alhasil, gimmick politiknya menjadi lebih menonjol ketimbang esensi pidato kenegarannya.*** (Dhimam Abror Djuraid)