SERAYUNEWS– Tanggal 23 Juli 2024 ini adalah peringatan Hari Anak Nasional. Tahun ini merupakan peringatan Hari Anak Nasional (HAN) yang ke-40.
Pemerintah Indonesia menetapkan Hari Anak Nasional (HAN) setiap tanggal 23 Juli bertepatan dengan pengesahan Undang-Undang tentang Kesejahteraan Anak pada tanggal 23 Juli 1979.
Penetapan tanggal ini berawal dari gagasan mantan Presiden RI, Bapak Soeharto.
Sayangnya, peringatan hari anak nasional terasa hambar, tidak ada makna membekas.
Kebiasaan masyarakat Indonesia yang umumnya merayakannya hanya dengan cara mengumpulkan anak untuk dibawa ke pusat-pusat rekreasi. Tidak ada pengalaman berharga untuk anak.
Bentuk acara dan gagasan didominasi para orang tua, anak hanya obyek. Padahal anak bukanlah manusia dewasa bertubuh kecil.
Seperti Kahlil Gibran pernah menulis,
Anak kalian bukanlah anak kalian. Mereka putra-putri kehidupan yang merindu pada dirinya sendiri. Berikan kepada mereka cinta kalian, tapi jangan gagasan kalian, karena mereka memiliki gagasan sendiri.
Kemudian, hari anak di Jepang dirayakan di tanggal yang berbeda untuk anak laki-laki dan perempuan. Hari anak perempuan pada tanggal 3 Maret atau tradisi Hinamatsuri, sedangkan untuk anak laki-laki pada tanggal 5 Mei, hari anak nasional atau Kodomo No Hi.
Pemerintah Jepang meliburkan hari itu agar semua orang tua bisa terlibat langsung. Tujuannya untuk mengingatkan orang tua akan tanggung jawab terhadap anak.
Hal ini berbeda dengan di Indonesia yang masih terkesan seremonial saja. Bahkan, banyak orang tua yang tidak menyadari dan tidak tahu bahwa hari tersebut adalah Hari Anak Nasional.
Seharusnya, kita bisa berkaca pada Jepang, sebuah negara maju dan modern yang masih memperhatikan hubungan anak dengan orang tuanya.
Untuk perayaan hari anak laki-laki atau Kodomo No Hi, di depan rumah setiap keluarga di Jepang yang mempunyai anak laki-laki, harus ada koinobori.
Koinobori, yaitu bendera panjang berbentuk ikan koi warna-warni. Selain itu, koinobori menggambarkan harapan agar anak laki-laki menjadi anak yang tangguh dan tidak mudah putus asa.
Anak laki-laki juga menggunakan kabuto, replika yaitu helm samurai dan replika Yoroi (bazu zirah samurai). Tujuannya, mendoakan agar anak laki-laki selalu sehat dan dapat tumbuh menjadi laki-laki sejati seperti seorang samurai.
Hri anak untuk perempuan atau Hinamatsuri atau hari boneka adalah bentuk festival anak perempuan.
Festival Hinamatsuri terinspirasi oleh tradisi periode Heian (794-1185 M) dalam sejarah Jepang. Pada hari Mi (ular) dalam kalender lunar, merupakan tradisi untuk melakukan ritual penyucian, serta mengantarkan keberuntungan dan kesehatan sepanjang sisa tahun tersebut.
Terlihat jelas perbedaannya, di Jepang anak menjadi subyek perayaan.Hasil dari perayaan adalah pengalaman.
Pengalaman adalah cara mudah untuk anak belajar. Selain itu, pengalaman juga merupakan guru terbaik dalam kehidupan. Dengan pengalaman, mereka bisa mempelajari kehidupan dan mengembangkan kemampuannya.***(O Gozali)